Kegiatan Pengabdian Masyarakat Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta
Oleh: Sri Juwita Kusumawardhani, Vinna Ramadhany Sy, Hermelia Megawati
Sasaran utama dari program ini adalah remaja perempuan berusia 13-19 tahun baik yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Solusi yang ditawarkan terkait permasalahan mitra adalah psikoedukasi untuk memberikan informasi mengenai relasi romantis yang berkekerasan. Solusi ini dipilih berdasarkan program pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan pada tahun 2023 di Desa Pasir Tanjung, diperoleh informasi bahwa remaja perempuan di Desa tersebut, masih belum dapat membedakan perilaku kekerasandengan perilaku yang tidak mengandung unsur kekerasan dalam relasi romantis. Harapannya adalah remaja perempuan di Desa Pasir Tanjung bisa mengenali bentuk-bentuk perilaku kekerasan sebagai upaya preventif, agar tidak menjadi korban kekerasan dalam relasi romantis.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada hari Jum'at, 19 Juli 2024 pukul 9.00 sampai dengan 11.00. Peserta yang hadir sebanyak 26 orang, seluruhnya merupakan remaja perempuan di tingkat SMA. Sebelum acara dibuka, para peserta diminta untuk mengerjakan pretest, agar tim mengetahui pengetahuan awal mereka terkait kekerasan dalam pacaran. Lalu, acara dibuka dengan game yang interaktif agar suasana menjadi hangat dan ceria. Setelah itu, masuk ke pemberian materi psikoedukasi yang pertama dengan judul "Relasi Romantis yang Berkekerasan sebagai Bentuk Preventif Terjadinya Kekerasan dalam Pacaran pada Remaja Perempuan" dibawakan oleh Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi., Psikolog. Materi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kekerasan dalam pacaran agar para remaja perempuan di desa pasir tanjung dapat mengenali tanda-tanda dan mampu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi di awali dengan definisi dan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran, yakni kekerasan fisik - sosial - psikologis - seksual - ekonomi - spiritual. Tak lupa bentuk kekerasan dalam pacaran secara siber seperti Mengatur siapa saja yang harus kamu follow dan unfollow, Mengatur pemberian komen dan likes, serta menguasai DM di aplikasi media sosial, Mengirimkan atau meminta dengan ancaman foto yang tidak senonoh melalui chat, serta Memaksa untuk melakukan video call sex. Kemudian dilanjut dengan dampak kekerasan dalam pacaran yang meliputi fisik seperti luka, memar, hingga kematian; dampak secara psikologis yang dapat berupa perasaan marah, takut, serta menyalahkan diri sendiri hingga hilang konsentrasi untuk belajar; dan dampak secara sosial seperti kehilangan teman, serta dinikahkan secara paksa, dll.
Seringkali kita semua merasa bingung, jika sudah memperoleh kekerasan mengapa korban tetap bertahan di dalam hubungan yang tidak menyenangkan dan merugikan seperti itu? Salah satu jawabannya, adalah siklus kekerasan. Di dalam siklus tersebut, korban yang sudah merasakan ledakan kemarahan dari pelaku, setelah itu akan menerima maaf dan diperlakukan dengan baik atau manis oleh pelaku. Hal tersebut membuat korban merasa bahwa kekerasan yang ia terima sebelumnya hanyalah suatu kekhilafan yang tidak akan terulang kembali. Padahal setelah sekali terjadi, hal tersebut akan terjadi lagi hingga berulang-ulang.
Selain itu, Mbak Wita pun berbagi tentang cara menghindari kekerasan di dalam pacaran kepada peserta kegiatan. Salah satu caranya adalah dengan Meyakini bahwa layak dan berharga untuk diperlakukan dengan baik, karena jika kita sudah merasa berharga maka kita tidak akan diterima diperlakukan dengan semena-mena oleh pasangan kita nanti. Di samping itu, ia pun menjelaskan tentang cara menghindari kekerasan seksual di dalam pacaran, salah satu caranya yakni Komunikasikan nilai-nilai dan batasan sentuhan fisik di dalam hubungan dari awal kepada pasangan. Jika ia adalah orang yang baik dan bertanggung jawab, maka ia akan menghormati nilai dan keputusanmu, namun jika ia menyepelekan ataupun mencoba merayumu untuk meninggalkan nilai-nilai tersebut, maka sebaiknya kamu meninggalkan orang dan hubungan yang tidak layak dipertahankan. Kemudian, Mbak Wita mengakhiri materi dengan pengingat siapa saja tokoh-tokoh yang dapat memberikan dukungan sosial kepada para remaja agar terhindar maupun keluar dari kekerasan dalam pacaran.
Setelah materi tersebut, lalu dilanjutkan dengan pengisian lembar worksheet yang dipandu oleh Mbak Vinna Ramadhany Sy, M.Psi., Psikolog. Para peserta diminta untuk mengisi lembar kerja untuk didiskusikan bersama terkait materi yang sudah dijelaskan. Seperti mencari mana yang menjadi dampak dari kekerasan, apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban kekerasan, serta apa yang harus dilakukan ketika mengetahui salah satu teman/kenalan kita telah menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Kegiatan dilakukan secara interaktif dan informatif, namun tetap disertai dengan canda tawa. Barulah setelah pengisian lembar kerja selesai, masuk ke kegiatan tanya jawab. Para peserta cukup banyak berbagi kisah sehari-hari yang tampaknya dialami oleh diri mereka sendiri maupun dirasakan oleh teman-teman mereka. Semoga jawaban-jawaban yang diberikan oleh kedua pemateri dapat membuat mereka sadar dan terbebas dari hubungan yang berkekerasan.
Di akhir kegiatan, panitia memberikan hadiah apresiasi kepada para peserta teraktif baik saat permainan di awal kegiatan maupun saat pemberian materi dan tanya jawab. Lalu, diadakan foto bersama.