Gue nulis artikel ini karena ternyata banyak banget yang mengapresiasi tulisan gue sebelumnya yang berjudul "Jangan Salahkan Jilbobs". Segala macam komentar dari yang pro, kontra sampai yang "pro pake tapi" pun ada. Yang pro berpendapat kalo proses emang diperlukan buat pake jilbab yang bener. Yang kontra kekeuh bahwa itu menyalahi peraturan Allah. Sedangkan yang berada di tengah mengatakan menghina itu emang salah, tapi daripada menimbulkan hinaan lebih baik berjilbabnya tunggu dulu sampai hati benar-benar mantap. Oooalahh...masa gitu?
Berdasarkan komen-komen tersebut, yang bikin lieur kalo dijawab satu per satu, sekarang gue pengen ngajak kita semua berpikir, melihat sekeliling kita dan mengamati dengan seksama.
Pertama mari kita lihat pendidikan beragama di keluarga Indonesia. Mungkin seluruh keluarga di Indonesia tahu bahwa memakai jilbab adalah kewajiban bagi muslimah setelah akil baligh. Namun, berapa persen kira-kira dari jumlah keluarga di Indonesia yang membiasakan anak perempuannya memakai jilbab sebelum akil baligh dan mewajibkannya berjilbab setelah akil baligh? Gue gak tahu pasti, tapi yang gue liat dan amati jumlahnya gak banyak.
Artinya apa? Artinya banyak perempuan yang memutuskan berjilbab setelah mereka dewasa tanpa 'latihan' sebelumnya. Mereka yang berjilbab setelah dewasa dituntut untuk menanamkan etika baru kepada dirinya dalam berpakaian yang melampaui standar nilai moral di lingkungannya.
Hal ini pasti gak gampang mengingat lingkungan sosial dan media saat ini memberi standar moral yang rendah dalam berpakaian. Di kota besar kayak Jakarta dan Bandung , tank top, hot pants pun sudah dianggap biasa. Belum lagi gempuran stigma cantik di masyarakat adalah kulit putih bersih, rambut panjang hitam mengkilat dan badan ramping terus membombardir. Jadi saat seorang perempuan memiliki keberanian utuk berjilbab aja menurut gue itu sebuah prestasi tersendiri.
Kedua, ga semua perempuan yang memutuskan berjilbab dapet hidayah yang bisa menggetarkan hati sehingga dia bisa berubah 180 derajat dengan mudahnya. Maksudnya gini, perempuan yang memutuskan berjilbab itu mungkin tahu gimana berjilbab sesuai tuntunan Al-Quran tapi belum mampu (atau belum mau) mengikutinya. Bagi perempuan yang harus bersusah payah memupuk setitik hidayah dari Allah untuk berjilbab agar tumbuh subur, di tahap inilah perang batin dimulai.
Akan banyak banget godaan dan kekhawatiran ketika berjilbab. Khawatir keliatan jelek, khawatir gak modis, khawatir dianggap aneh dan lain-lain. Sedangkan godaannya bisa berupa ngerasa gerah, ngerasa susah cari kerja atau ngerasa males ribet yang kayak gue alamin. Tapi ketika gue terus-menerus pake jilbab, lama-lama muncullah rasa nyaman berjilbab. Lalu diikuti oleh rasa malu sama manusia dan terakhir rasa malu sama Allah. Rasa nyaman dan rasa malu itulah yang akan menghapuskan semua kekhawatiran dalam berjilbab. Sehingga dari hari ke hari jilbabnya makin sempurna, keyakinan atas perintah dan janji Allah untuk hamba yang mengikuti perintahNya juga makin kuat. Gue punya pengalaman yang amazing banget di tahap ini nih. Entar ya, next artikel.
Gue juga nggak setuju dengan pendapat yang bilang, ''Daripada pake jilbab tapi baju masih ketat, lebih baik pake jilbabnya nanti aja kalo udah bener-bener yakin bisa berjilbab syar'i''. Pertanyaan gue, mau sampe kapan perempuan disuruh nunggu yakin baru boleh berjilbab? Wong, keyakinannya muncul saat berproses kok. Lah kalo prosesnya ngga dimulai-mulai lantas kapan yakinnya?
Ini bukan perkara gue mendukung berjilbab seksi yang gak sesuai sama ajaran Al-Quran. Tapi perkara menangkap hidayah yang datang, sekecil apapun itu, dan memeliharanya biar full ga setengah-setengah (pliss... jangan ngebayangin iklan kopi).
Yang ketiga, pernyataan terakhir yang klise banget; ''Makanya berjilbab karna Allah, jangan karna ikutin artis ini-itu, ikutin trend, dll. harus ikhlas!'' Kayaknya semua juga udah ngerti kan ya, kalo amal apapun harus dilakukan dengan ikhlas karna Allah. Tapi menurut gue, ga salah juga kok kalo berjilbab karna ikutin artis, trend dll. Wait, jangan langsung berkerut gitu jidatnya!