Lihat ke Halaman Asli

“Si Tradisional" yang Tak Pernah Usang

Diperbarui: 5 April 2018   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Liku-liku jalan kecil di wilayah Pancoran, Glodok, Jakarta barat, menjadi teka teki menggoda untuk dijelajahi. Namun disepanjang gang kecil itu tersusun rapi barisan makanan tradisional ala Tionghoa. Begitu menginjakkan kaki di Petak Sembilan kita dapat mencium kentalnya aroma rempah khas tradisional Tionghoa  lengkap dengan gurihnya sejarah kehidupan masyarakat keturunan.

 Memasuki gang Gloria, kita akan dipuaskan dengan deretan masakkan keturunan tionghoa. Mulai dari soto mie, bakmi, kwetiau, baso goreng, pi oh, siomay, hingga si raja Gloria "sekba". Sekba, makanan tradisional tionghoa yang selalu menggoda setiap melewati daerah Glodok yang berada dekat dengan Kota Tua. Makanan satu ini terbuat dari olahan bahan non-halal. Kelezatan gurihnya kuah kecap panas yang beradu kuat dengan perasan jeruk nipis, seakan menampar wajah pembeli untuk mampir dan menyinggahkan kaki.

Uniknya, sekba ini tidak terbuat dari daging babi, melainkan olahan "jeroan" seperti kuping, usus, lidah,pari, darah, hingga pipi. Terdengar heran tentunya untuk dikonsumsi. Bau amis dan kengerian hati menjadi salah satu alasan tidak mengkonsumsinya. Tapi tenang saja, pikiran tersebut akan sirna saat penutup panci sekba dibuka dan uap berlarian keluar. Kuah kecap dipadukan dengan rempah totok khas tionghoa lengkap dengan jeroan babi ini siap memenuhi perut-perut kosong pembelinya. 

Dibandrol dengan harga tujuh ribu rupiah per potong  lengkap dengan sepiring nasi menjadi jajanan hemat kantong dikala lapar. Selain berisi jeroan, sekba juga berisikan telur, sayur asin, dan samchan.Potongan paru, usus, lidah, kuping lengkap dengan darah menjadi kudapan favorite pengunjung di gang Gloria ini.

Cita rasa tradisional totok ini melebur disetiap sendok suapan sekba. Tak heran si tradisional yang tak pernah usang ini terus tertanam dihati. Dijual sejak tahun 1950-an hingga kini sekba tetap menunjukkan daya tariknya, padatnya kota jakarta berpadu dengan teriknya matahari bukanlah tembok pemisah sekba dengan pecita kuliner tionghoa.

*samchan: daging babi yang berlapis lemak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline