Lihat ke Halaman Asli

Ilmu Stockist dari Penjual Nasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebagai seorang yang baru terjun ke dunia wirausaha terutama yang terkait dengan produksi suatu produk, pasti pernah merasakan pusing nya memprediksikan stok produk kita.

Apakah dengan produksi sekian ratus pcs dapat memenuhi permintaan pasar?

Apakah dengan menaikkan produksi menjadi sekian ribu pcs dapat memastikan semua terserap baik oleh pasar dan tidak menyebabkan dead stock dalam waktu yang lama?

Apakah keputusan untuk melakukan ini sudah benar ? Ataukah keputusan itu yang harus diambil?

Banyak orang bilang, berbisnis atau berwirausaha itu gampang.... Yang penting buka aja dulu.

Iya, memang mulainya gampang, membukanya gampang, namun yang lebih sulit adalah bagaimana membesarkannya, merawatnya dan membuatnya tumbuh semakin besar.

Saya pribadi sempat kelimpungan mengatur jadwal produksi barang perlengkapan anak dan bayi yang saya produksi. Sebelumnya menerjukan diri sebagai pemilik brand, saya menjual aneka kebutuhan keluarga dan produk pelangsing secara online, saat itu saya tidak perlu terlalu puyeng dengan perhitungan stockist barang, karena saya dapat menstok barang dengan jumlah minimal, bahkan ada beberapa yang tidak membutuhkan stok.

Namun kondisi tersebut berubah ketika saya memutuskan memproduksi sendiri beberapa barang. Proses kejar-kejaran antara proses produksi dan penjualan kerap saya alami. Ketika permintaan melambung, namun stok tidak mencukupi dan produksi molor dari jadwal..wah saat seperti inilah yang dinamakan PUSING ENAK :D

Sebaliknya juga begitu, ketika kita sudah menambah oplah produksi, dan ternyata permintaan pasar menurun drastis... nah inilah mulai PUSING BENERAN :D

Terima kasih kepada salah satu supplier sekaligus agen saya, mentor sekaligus rival saya, yang mengajarkan bahwa sebetulnya kita tidak membutuhkan perhitungan yang muluk - muluk dan berbelit belit. "Belajar dari penjual nasi" itu pesannya.

Maksudnya gimana?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline