Lihat ke Halaman Asli

Lactashare

Yayasan Donor ASI Indonesia

Anti Stunting Itu bernama Bank ASI

Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Thinkstockphotos via KOMPAS.com)

Saya Meralda Nindyasti, dilahirkan dari keluarga yang memiliki jiwa wirausaha dan passion pendidikan. Sejak kecil, cita-cita saya menjadi dokter. Setahun sebelum kelulusan sarjana, saya mewakili BEM Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya untuk mengikuti Workshop Pediatric Nutrition Care di Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Prof Dr.dr. Damayanti Syarif Sp.A(K) adalah pembicara utama dalam pelatihan tersebut yang berhasil membuat saya jatuh cinta pada bidang gizi anak, dan saya mencita-citakan pendirian Rumah Sakit Gizi Metabolik sebagai sebuah solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan gizi anak Indonesia.

Puncak kerisauan saya terhadap permasalahan gizi anak, terjadi saat 2013 saya terpilih sebagai dokter pada kegiatan Ekspedisi Pelayaran Bhakti Kesra Nusantara oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Kegiatan itu mengantarkan saya untuk berlayar selama 30 hari bersama prajurit TNI-AL dalam kapal KRI Banda Aceh 593 untuk menjelajahi 10 pulau terluar di Indonesia.

Di Pulau Telo, saya bertemu seorang ibu paruh baya yang menderita TBC, dan tinggal hanya berdua bersama balitanya 1,5 tahun yang stunting dengan berat badan hanya 5 kg.

Sepulang dari pelayaran, saya terpilih sebagai dokter kebencanaan untuk misi kemanusiaan Bencana Tsunami Topan Super Haiyyan di Filipina. Saya mengabdi di kota Tacloban selama 14 hari.

Di hari terakhir sebelum saya kembali ke Indonesia, saya dibuat terpana pada sebuah plang nama bertuliskan "Human Milk Bank" dekat pintu masuk sebuah Rumah Sakit. Hati kecil saya berkata "Menarik, Indonesia belum punya!"

Pelatihan Konselor Menyusui yang saya ikuti sepulang dari Filipina, menjadi titik balik untuk menemukan misi hidup. Saya terpukau dengan ASI dan menyusui. Inilah sepaket solusi atas permasalahan gizi anak yang bisa dicegah sedari 1000 Hari Pertama Kehidupan.

ASI adalah ciptaan Tuhan, dan tidak ada satupun yang sanggup menyaingi kesempurnaan Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu. ASI adalah hak setiap bayi, menyusui adalah kewajiban setiap Ibu dan keberhasilan menyusui adalah tanggung jawab setiap Ayah.

Ironinya, tidak setiap bayi beruntung mendapatkan ASI dari ibunya. World Health Organization (WHO) menyebut hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.

Sementara, angka kematian Ibu juga masih tinggi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melansir di tahun 2020 ada 4.627 bayi yang terancam kelaparan sedari awal kehidupannya akibat tidak bisa mendapat ASI dari ibu kandungnya karena ibundanya wafat setelah persalinan, 20% diantaranya akibat Covid-19. Dan Indonesia adalah penghasil bayi stunting dan prematur tertinggi ke-5 sedunia, kelahiran prematur sejumlah 779.000 bayi/tahun dan 25.200 bayi/tahun meninggal akibat prematuritas.

Kabar baiknya, ASI Eksklusif efektif mencegah malnutrisi hingga stunting dan menurunkan angka kematian bayi hingga 88%. WHO juga merekomendasikan Hierarki asupan nutrisi bayi prematur, meliputi ASI segar dari Ibu kandung sendiri, kemudian ASI Donor segar dari pendonor dengan bayi prematur, ASI Donor segar dari pendonor dengan bayi cukup bulan, ASI Donor yang terpasteurisasi dan lazimnya dari Bank ASI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline