Lihat ke Halaman Asli

Labiq Aktumansi

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Wangsit Lingsir Wengi dan Drawata

Diperbarui: 7 Juli 2023   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DRAWATA ?
Ya, drama Akhir tahunan yang diadakan oleh Universitas Pamulang. Acara ini sudah berjalan 4 tahun silam dan ini yang keempat (vol 4.0). Menampilkan sebuah drama bersama teman satu kelas memang tidak mudah, apalagi bagi anak-anak yang bekerja mereka harus meluangkan waktunya untuk latihan, musyawarah, persiapan artistik dll. Namun acara ini bisa saya lalui dengan banyak sekali pelajaran.

Menurut saya drawata ini bukan hanya sebuah tujuan tapi perjalanan arti kerja sama, kemanusiaan dan pengorbanan. Saya akan bercerita mengenai teman saya terlebih dahulu, karena saya sangat kagum terhadap mereka. Banyak sekali lika-liku yang kami lewati ada yang sakit sampai dirawat, ada yang pingsan ketika gladi resik, ada yg bolos kerja, pulang malam bahkan sampai dini hari untuk persiapan acara ini. Jika tujuan hanya nilai menurut saya sangat rugi, ini adalah sebuah pelajaran yang sangat besar, kita bisa melihat karakter setiap anak. Sesi latihan kami sangat panjang, tapi susahnya selalu bentrok dengan jarak dan jam kerja ini yang membuat kita selalu bertengkar. tapi itu bukan halangan, kita harus tetap mementaskan drama ini sampai selesai.


Drama yang kita bawa berjudul "Wangsit Lingsir Wengi" menceritakan sebuah anak yang memiliki darah keturunan terlarang. Ia bernama Arum, anak asli Nyai Dewi. Dia terlahir dengan membawa wangsit di dalam dirinya. Karena sangat bahaya jika dia tinggal di hutan larangan, maka anak itu di titipkan kepada orang tua yang lama sudah mengidam-idamkan seorang anak. Dari situlah Arum di titipkan kepada kedua orang tua tersebut. Nama mereka adalah Mbok Janirah dan Mbah Reso. Ketika Arum mulai meranjak dewasa ia mendapatkan isu tentang dirinya, ia pun bertanya kepada kedua orang tuanya. Singkat cerita mereka menemui Nyai Dewi di hutan larangan, dan nyai Dewi memberi wejangan untuk hati-hati terhadap Arum ,karena dia membawa wangsit Lingsir wengi, jika dia marah maka akan mengeluarkan sesosok kuntilanak yang sangat menyeramkan dan sakti, kuntilanak itu bernama Mbah buyut.

Sepulang dari hutan larangan, Arum dan Mbah Reso melihat ibunya yang sedang dimarahi oleh orang terkaya di desa yang sombong dan angkuh, ia bernama Bu patmi. Dari situlah Arum menunjukan wangsit yang terlarang itu, sehingga hal yang tidak diinginkan pun keluar, Mbah buyut. Semua benda dan rumah seketika menjadi berantakan tercecer tidak karuan karena ilmu dari Mbah buyut. Tapi kisah ini masih ngegantung karena belum sampai babak finish.

Namun saya sebagai pemeran disini merasa bangga, karena perjalanan ini sangatlah susah, tapi bisa melewati.

Awalnya saya menjadi bagian lighting, namun saya tidak bisa selalu datang untuk kumpul membahas lighting ini, akhirnya saya terjun ke tim artistik. Tapi ada sedikit yang saya kurang setuju, nama drawata itu sendiri. Menurut yang saya baca arti drawata itu musibah, kalimat ini di ambil dari bahasa sansekerta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline