Lihat ke Halaman Asli

labib bara

MAHASISWA

Pentingnya Critical Thinking bagi Mahasiswa

Diperbarui: 30 Maret 2023   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lagi-lagi berdasarkan fenomena yang ada di sekitar. Kali ini tentang kemampuan berpikir kritis atau bahasa lainnya critical thinking seorang manusia. Mengingat urgensitas mahasiswa hari ini salah satunya kehilangan Critical Thinking yang seharusnya hal tersebut menjadi identitas bagi seorang mahasiswa. Tanpa adanya critical thinking bagi seorang mahasiswa sulit rasanya untuk mengemban tanggung jawab sebagai mahasiswa. Atau jangan-jangan mahasiswa hari ini lupa akan tanggung jawab tersebut?. Yaa... semoga pembaca tidak termasuk diantaranya.

Eitss... jangan lupa tinggalkan komentar setelah tuntas membaca sebagai bentuk diskusi. Entah berupa pertanyaan tentang tulisan yang kurang memahamkan, kritik pedas pembangun semangat, atau apa pun itu semua akan bermanfaat untuk upgrade di tulisan selanjutnya.

Mendengar istilah "Berpikir" bukanlah hal yang asing lagi di telinga khalayak umum. Apalagi mereka yang memiliki identitas sebagai kaum intelektual, kaum terpelajar. Nyatanya berpikir tidak sesulit yang dibayangkan dan apa yang sering di dengar. Ah, namanya juga manusia ya pasti bisa berpikir. Sesederhana makan menggunakan tangan kanan, kalau jalan macet, cari jalan tikus agar terhindar dari macet dan lain sebagainya. Begitulah umumnya untuk mendefinisikan berpikir yang sering dipahami. Namun, tidak untuk berpikir kritis. Sangat disayangkan jika seorang yang terpelajar sebut saja di sini Mahasiswa, sesederhana itu untuk mendefinisikan berpikir kritis. Lantas harus bagaimana berpikir kritis itu didefinisikan bagi para Mahasiswa ?. itulah yang perlu dipahami bersama-sama melalui sedikit coretan di paragraf-paragraf selanjutnya.

Perlu ditegaskan bahwa proses berpikir kritis bukanlah sebuah proses yang sederhana. Berpikir tanpa mengenal logika hanyalah akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang salah. Karna itulah berpikir kritis memerlukan logika sebagai salah satu tahapan dalam proses berpikir kritis. Karna berpikir kritis memiliki tahapan-tahapan dan jalan untuk menuju pemikiran yang benar. Sebagaimana cara berpikir kritis akan menunjukkan kualitas berpikir itu sendiri. Tentunya berpikir kritis merupakan hal yang esensial bagi seorang manusia. Manusia merupakan salah satu di antara makhluk hidup lain yang ada di muka bumi ini. Lantas apa yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk yang lain? Ya, tentunya akal yang dimiliki manusia dan melalui akal manusia bisa berpikir, inilah yang menjadi ciri utama sekaligus pembeda antara manusia dengan makhluk yang lain. Oleh karena itu jika ada seorang manusia yang tidak memanfaatkan akalnya untuk berpikir dengan benar, lantas apa bedanya manusia dengan makhluk yang lain ? apakah bisa disamakan dengan hewan? Hehe... canda guys...

Lanjutt....

Manusia memiliki fitrah, dan fitrah yang dimiliki seorang manusia adalah kebenaran. Buktinya manusia akan merasa gelisah jika dia telah melakukan sebuah kesalahan atau kekeliruan. Ya itulah fitrah manusia, maka dengan apa manusia tidak melakukan kesalahan atau kekeliruan? Dengan berpikir kritis !. Dengan berpikir kritis manusia bisa meminimalisir sebuah kesalahan atau kekeliruan tersebut. Secara pragmatis manusia pasti membutuhkan berpikir kritis di segala wilayah atau bersifat universal. Sebut saja manusia perlu berpikir kritis di setiap bidang apa yang dikerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa sekecil apa pun permasalahan pasti di dalamnya memerlukan berpikir. Berpikir kritis juga merupakan kebutuhan manusia untuk beradaptasi. Karena pada dasarnya manusia tidak akan berhenti pada satu titik. Katakanlah dua tahun lalu Anda berada pada kondisi masa pandemi virus corona sehingga beberapa aktivitas harus di lakukan secara daring di rumah dengan tetap menjaga protokol kesehatan ke mana pun berada. Namun, hari ini dengan berakhirnya pandemi maka pola hidup yang dilakukan dua tahun lalu sudah tidak relevan untuk dilaksanakan hari ini. Dengan berpikir kritislah manusia mampu untuk menyikapi situasi kondisi yang ada pada hari ini dan yang pasti cara berpikir dua tahun lalu perlu dipilah mana yang masih layak dipergunakan mana yang sudah tidak layak untuk di pergunakan dalam hal ini ada proses critikal thinking tentang memilah mana yang relevan mana yang tidak dan harus untuk di tinggalkan. Inilah yang dinamakan manusia tidak akan berhenti berpikir kritis dalam satu titik.

Selanjutnya, berpikir kritis berhubungan dengan berefleksi. Refleksi dalam hal ini penerapan kepada diri sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan diri dan mempersiapkan bagaimana selanjutnya bisa lebih baik. Hal-hal yang telah dipikirkan secara kritis atau hal-hal yang dapat memantik untuk berpikir kritis nantinya akan menemukan masalah yang kemudian menciptakan sebuah pemecahan masalah. Sebagaimana yang dikatakan Socrates tentang pendidikan " pendidikan yang benar bukanlah menuangkan air ke bejana tapi bagaimana bisa memercikkan api yang terus semakin menyala di kemudian hari ". Maka hal-hal yang telah dilakukan sehingga terciptanya sebuah ide atau gagasan perlu direfleksikan atau di implementasikan demi terwujudnya perkembangan diri agar bisa menentukan bagaimana dikemudian hari bisa lebih baik dari hari sebelumnya dengan berbekal hal-hal yang telah terjadi.

Setidaknya ada 6 karakter yang selayaknya melekat pada diri seorang yang kritis. Pertama, Logis atau dalam kata lain masuk akal, seseorang yang kritis dia akan menyampaikan hal-hal yang logis (tidak mengada ada dalam segala hal). Selain itu seorang yang kritis bisa membedakan mana suatu gagasan yang logis dan mana yang tidak logis, hal ini akan menjadi alat deteksi otomatis bagi seorang yang kritis sehingga bukan hal yang sulit baginya untuk membedakan mana yang logis dan mana yang tidak logis tanpa membutuhkan pertimbangan yang lama. Dan yang perlu diingat dalam pemaknaan logis di sini bukan tentang kemampuan merasionalkan segala hal secara subjektif, Melainkan benar-benar menyampaikan hal-hal secara objektif dan logis atau masuk akal. Atau bahasa sarkasnya tidak memaksakan untuk membenarkan suatu hal yang salah.

Kedua, Objektif dalam menyampaikan suatu pendapat atau menyelesaikan permasalahan. Hal ini sebagaimana yang telah sedikit di singgung di atas tentang merasionalkan suatu hal atau menyelesaikan permasalahan secara subjektif. Seorang yang kritis tidak akan menyampaikan suatu hal secara subjektif melainkan secara objektif. Meskipun hal ini sangat sulit dihindari sebagai manusia yang pasti memiliki kecenderungan terhadap hal yang disukai dan cenderung menyalahkan hal yang tidak disukai. Namun, bukan berarti hal ini tidak bisa dilakukan. Maka hal ini menjadi salah satu karakter seorang yang kritis. Pada poin ini pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari yakni ketika dihadapkan dalam situasi memecahkan suatu permasalahan, ia benar-benar fokus terhadap penyelesaian permasalahan bukan tentang bagaimana cara membela satu golongan dan berencana mengalahkan satu golongan yang lain maka inilah yang dinamakan objektif. Yakni fokus terhadap objek permasalahan bukan tentang siapa yang membuat masalah dan siapa yang tidak bersalah.

Ketiga, Independen atau berdiri sendiri. Karakter independen ini merupakan salah satu karakter yang perlu untuk dilatih dalam memunculkannya. Independen mengajak kita untuk berani dan tidak mau disetir atau diintervensi oleh orang lain. Jika diimplementasikan dalam sebuah kelas mata kuliah seorang yang independen tidak akan memikirkan dengan siapa dia mendapatkan kelompok tapi lebih bagaimana cara untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan usaha yang dilakukannya. Sisi positif seorang independen yakni mereka siap dan mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen tanpa mengharap bantuan dari teman lain. Oleh karena itu seorang yang memiliki karakter independen dia memiliki kepercayaan diri yang lebih dibanding yang lain tanpa takut disalahkan oleh orang lain. Yang tentunya potensi melakukan kesalahan itu masih ada.

Keempat, komprehensif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan atau cara memandang perkara. Karakter komprehensif ini adalah cara menerima dan memandang permasalahan secara luas atau utuh jika mendapatkan suatu permasalahan atau memandang suatu perkara. Dalam implementasi sehari-hari seorang yang komprehensif ketika  mendapatkan suatu peristiwa dia tidak terfokuskan hanya kepada peristiwa tersebut. Melainkan melihat peristiwa-peristiwa sebelumnya atau peristiwa sekitarnya juga. Seorang yang memiliki karakter komprehensif bisa dikatakan dia akan mudah dalam melakukan problem solving dengan kelebihan yang dimilikinya dalam mencerna permasalahan dan cara pandang yang luas akan mempermudah dalam melakukan problem solving.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline