Lihat ke Halaman Asli

Akhir Sang ‘Jawara’ (Tulisan ke-1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TELEPON seluler Endid berdering, Minggu (30/5/2010) sore itu, seseorang di seberang telepon berbicara kepadanya seperlunya. Sore itu, ia berangkat dengan sepeda motor, menemui Wahyudi yang menunggu di Jalan Lingkar Luar Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.

Wahyudi, yang seorang polisi, sedang mengalami masalah sore itu. Saat mengendarai Honda Jazz miliknya, terjadi srempetan dengan taksi. Percekcokan pun terjadi, si sopir itu dimaki-maki, sehingga membuat perhatian orang di sekitarnya. Di sekitar itu memang banyak orang Madura, yang mendirikan lapak-lapak. Sopir tua itu pun dibelanya. Wahyudi diduga tak terima.

“Tunggu di sini gue datang sama kawan-kawan gue,” Wahyudi mengancam orang yang membela sopir itu.

Ia membawa Endid bersama beberapa kawannya. Ada sekitar 10 orang datang, tapi sumber lain mengatakan, empat orang. Tak jelas, berapa orang yang dibawa Wahyudi.

Endid Mawardi (45) adalah Ketua Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) ranting Kelurahan Petir, Cipondoh, Tangerang. Dia begitu dikagumi di daerah itu. Banyak orang segan padanya. Ia seringkali diminta bantuan, ada-ada saja permintaannya. Tak masyarakat sipil yang datang padanya, bahkan aparat polisi pun seringkali mengadu padanya.

Endid pun menemui orang-orang yang diancam Wahyudi. Saat bernegosiasi Wahyudi tidak ada di situ. “Katanya dia sedang menghubungi orang untuk menambah bantuan,” kata Endang adik bungsu Endid menirukan cerita seseorang yang ikut bersama Endid sore itu.

Tak disangka, negosiasi itu berbuntut naas. Endid ditebas di bagian leher belakang, ketika sedang berdialog dengan mereka. Endid terkapar bersimbah darah. Kira 25 centimeter panjang tebasan.

Endid pun langsung dibawa mobil ke Rumah Sakit Cengkareng, sayang kondisi lukanya tak memungkinkan untuk ditolong. Ia dinyatakan meninggal, Polisi pun kemudian merujuk ke RS Cipto Mangunkusomo, Jakarta Pusat untuk mengotopsi jenazah setelah meminta restu keluarga.

BERKAT tahlilan baru saja dia terima, belum sempat disantapnya. Sinto MS sudah keburu menuju tempat kejadian yang tak jauh di rumahnya yaitu di RT 03 dan RT 02, masih satu RW dengannya. Ratusan massa meluruk tempat, di mana Endid ditebas. Massa berasal dari Petir, tempat tinggal Endid.

“Saya masih memakai sarung, sambil pegang handy talkie,” kata Sinto, wakil ketua RW 04, Pondok Randu, Duri Kosambi Selasa (1/6).

Sekitar jam 10 malam, massa mengepung lokasi kejadian. Semua bergerak gemuruh. Berteriak. Ada yang membawa pentungan, ada yang membawa senjata, juga ada yang berbekal batu. Tak orang dewasa yang meluruk, anak-anak kecil umur belasan pun ikut bersama. “Mereka ada yang melempar pakai batu,” kata ibu Firman, penjual minuman ringan dan rokok dekat lapak Madura.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline