Lihat ke Halaman Asli

M Fawwaz Labib

Jurnalistik

Wanita Pekerja Keras

Diperbarui: 15 Juli 2022   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nur Qomariyah, mengawali perjalanan hidup merantau ke jakarta setelah lulus sma untuk mencari pekerjaan, karena memang sudah tuntutan ekonomi melihat keadaan orang tua yg tidak punya & mempunyai banyak anak, menjadikan ia harus merantau mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. ia adalah sosok yang ramah, baik namun tegas yang menjadikannya selalu hidup disiplin hingga saat ini yg sudah berkeluarga. Wanita yang biasa dipanggil Nur. Ia mengawali pendidikan nya di SD Al Islam Jepara, kemudian ia melanjutkan di SMP Al Islam dan mengakhiri pendidikan nya di SMA Islam Jepara. Dan pendidikan non formal di TPQ Al Islam Pengkol Jepara. Ia anak ke 8 dari 9 bersaudara ini lahir di Jepara tepatnya di Rumah sakit Kartini Jepara pada tanggal 6 Juni 1965 dari pasangan H.Ali Achmadi dan Hj. Fatonah. Dan bertempat tinggal bersama orangtuanya dipengkol Jepara. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Safuwan seorang pria yang berasal dari desa Bangsri pada tahun1999. Dan bertetap di Bangsri mulai tahun 2006. Ia memiliki dua anak laki-laki. Anak yang pertama bernama Muhammad fawwaz labib yang sedang berusaha menyelesaikan pendidikan S1 nya di universitas Islam Nahdlatul ulama Jepara dan anak keduanya bernama Muhammad Ektafa Billah yang sedang menempuh pendidikan SMA nya di SMAN 1 Bangsri kelas XI. Kemudian ia memutuskan untuk merantau kota orang menyusul kakaknya yang juga sedang merantau disana sebagai admin dipabrik. Dan kembali ke kota asalnya saat menikah dan setelah menikah ia memutuskan membuka usaha catring dirumah berlebel 'Dua Putra'. Ia yang memiliki hobi memasak dan juga berorganisasi, dilihat dari seringnya ikut organisasi-organisasi dimasyarakat. Ia memiliki pandangan hidup yang selalu ditanamkan di diri sendiri dan anak-anaknya yaitu bedakan mana yang kebutuhan mana yang keinginan, jika terus menerus menuruti keinginan tidak akan ada habisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline