Lihat ke Halaman Asli

Kunci Membangun Personal Branding di Era Digital

Diperbarui: 15 Juni 2023   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Self-branding atau personal branding merupakan upaya menampilkan dan merepresentasikan diri secara tepat dan benar kepada publik secara langsung maupun tidak langsung melalui media digital. Personal brand yang baik mengutamakan kejujuran atau kebenaran dari persona yang dihadirkan, bukan dikecilkan, dibesar-besarkan atau semata ingin terlihat sempurna. Personal brand yang tepat dapat membuat orang lain memberikan kesan yang baik terhadap diri kita. Di sisi lain, personal branding yang salah bisa meninggalkan kesan buruk bagi orang lain.

Personal brand yang tepat bisa membuka banyak peluang. Peluang kerjasama, kolaborasi, kemitraan, bisnis untuk pekerjaan dan karir yang lebih baik. Jadi ini penting karena tidak hanya membuka peluang karir dan pekerjaan yang lebih baik, tetapi juga membuka peluang untuk membangun hubungan dengan orang yang tepat. Misalnya, ingin menjadi fashion blogger.
 

Maka harus bisa menjaga konsistensi konten digital agar menginspirasi dengan gaya kekinian. Tidak hanya di media digital, tetapi dalam kehidupan sehari-hari, harus memiliki gaya pribadi yang menarik secara konsisten agar orang lain dapat mengambil inspirasi dari gaya diri sendiri. Jadi, sebagai fashion blogger, telah membangun merek diri yang kuat dan konsisten. Hal yang sama berlaku untuk praktisi Public Relations. Membagikan portofolio lengkap di LinkedIn serta membagikan keseharian sebagai praktisi Public Relations di sosial media. Bahkan mungkin dapat membuat video tutorial edukasi terkait skill Public Relations di beberapa platform digital.

Zaman sekarang penuh dengan dunia digital, sebelum penuh dengan dunia digital seperti sekarang personal branding hanya dapat dinilai melalui pertemuan langsung. Kita dapat menilai seseorang dari cara dia menatap kita, seperti apa cara dia berjalan, pakaian yang digunakan, cara berkomunikasi dengan bahasanya. First Impression muncul selalu setelah bertemu pertama kali. Berbeda dengan masa sekarang, first impression seseorang dapat dinilai bahkan sebelum pertemuan tatap muka terjadi. 

Sering kali orang-orang atau rekan baru googling tentang kita dahulu sebelum bertemu langsung. Etalase digital kita merupakan aset yang menjadi penting untuk dikelola dengan baik. Tak jarang persona dengan digital branding yang baik seperti para content creator misalnya, menuai simpatik yang besar dari orang lain padahal belum pernah bertemu secara langsung. Padahal apa yang kita lihat secara online belum tentu mewakili keseluruhan kepribadian asli seseorang.

Tiga kunci yang dapat membangun personal branding dengan tepat

 1. Tentukan Selling Point
Tentukan seperti apa ingin dikenal publik. Ketahui kelebihan dan minat. Apa sisi menarik dari diri dan kehidupan yang ingin dibagikan kepada publik. Tentukanlah selling point pada area itu, mungkin keseharian kita, hobi, skill atau knowledge. Personal Branding merupakan seni menjual dan mempromosikan nilai lebih dari apa yang kita punya, sehingga menjadi alat untuk menarik orang orang di sekitar kita, jadi pastikan kita memahami keunggulan kita.

2. Pilih media digital yang tepat
Berbagai platform media digital dapat digunakan untuk berekspresi saat ini, seperti media sosial (Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok), Youtube, Blog, Podcast dan LinkedIn. Pastikan mengetahui platform apa yang tepat untuk mendukung personal branding kita. Misalnya, kita adalah seorang blogger kecantikan. Kita bisa membagikan konten tutorial make up berupa video pendek di Youtube maupun Instagram dan Tiktok. Lain ceritanya jika seorang manajer produk, LinkedIn adalah platform yang tepat untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan kita, memperbarui portofolio, dan terhubung dengan banyak profesional lainnya. Nah, ada baiknya juga berbagi konten edukasi tentang product knowledge di Youtube.

3. Mengenal etika digital
Seperti halnya interaksi di dunia nyata, interaksi melalui media digital membutuhkan etika sosial. Misalnya saat menggunakan media sosial, hindari topik sensitif seperti SARA. Berhati- hatilah agar tidak terseret ke dalam perselisihan online. Berhati-hatilah juga saat mengungkapkan pendapat, memposting konten, dan foto. Karena jejak digital bahkan berita – berita tentang kita tidak akan pernah hilang dan akan selalu terekam di internet. Jadi, pikirkan
 dua kali sebelum memposting!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline