Lihat ke Halaman Asli

MERPATI PUTIH

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash



Sejak ditinggal pergi kekasihnya, Echa tetap murung di dalam kamarnya, tidak seperti biasa, dia hanya menunggu dan terus menunggu, kapan kekasihnya akan pulang. Namun, itu sepertinya tak akan terwujud, karena menurut kabar yang diterimanya, kekasihnya, Fadly meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat saat akan kembali ke Makassar.
“Echa, sudah makan nak ??”, Ucap Mamanya dari balik pintu kamarnya.
“Belum Ma, Entar aja, Echa masih pengen baring Ma,” Tuturnya.
“Kalau gitu, entar kamu makan yah nak, nanti sakit loh, soalnya mama mau arisan”, Ujar mamanya mengingatkan.
“Iyah Mama”, Katanya singkat.
Sepeninggal mamanya, Echa kembali meneruskan lamunannya, namun kembali terusik dengan kehadiran makhluk berbulu putih di jendela kamarnya, Seekor Burung Merpati, di kakinya terdapat lingkaran kertas putih bersih. Echapun beranjak dengan malas dari tempat tidurnya, dan meraih lingkaran kertas itu dan membaca isinya.
Jangan pernah kau ingat masa yang telah lalu
Lalui harimu dengan indah seperti dulu
Dengan gusar Echa membalas surat, yang diapun tak tahu siapa yang mengirimnya.
Ada apa dengan diriku ?
Siapa pula dirimu ?, tak usah kau urus masa laluku !
Echapun mengikatkan kertas balasannya di Merpati Putih, dan melemparnya ke langit, dan merpati putih itupun pergi melawan arah angin diikuti tatapan mata Echa. Entah kemana, merpati itu, tiba-tiba saja dia menghilang dari pandangannya.
Beberapa saat dia menunggu di jendelanya, namun, merpati putih itu tak kunjung datang menghampirinya, Echapun berpikir, mungkin Merpati itu hanya singgah istirahat di jendela kamarnya, atau tersesat karena perjalanan jauh yang ditempuhnya, hanya itu dipikiran Echa.
Echapun beranjak dari tempatnya berdiri dan meraih handuk yang ada di dinding kamarnya. Saat ini dia hanya ingin membasuh dirinya dengan air hangat, sekaligus menghangatkan kepalanya. Beberapa saat setelah mandi, kepakan sayap burung kecil yang ditunggunya dari tadi, berbunyi menabrak jendela kamarnya. Echa membuka jendela kamarnya dan membiarkan Merpati Putih itu masuk ke dalam kamarnya. Merpati itu menghampiri echa.
“kamu dari mana sayang ??, kok lama ??” ujar echa kepada makhluk imut di depannya yang dibalas dengan kerlingan mata kecilnya.
“kamu haus yah, aku ambilin minum dulu yah!!,”Ucapnya kembali sambil beranjak ke sudut kamarnya dan menuangkan air ke dalam gelas kecil untuk makhluk kecil di kamarnya.
“kamu minum dulu yah”, katanya sambil memberikan gelas itu. Usai minum merpati putih itu terbang mengelilingi kamar Echa, seakan mengisyaratkan kepada echa untuk meraih kertas yang terikat dikakinya. Secarik kertas itu membuat kaget echa, didalamnya tertulis.
Kuingin bertemu denganmu, makhluk yang setia menungguku
Selamanya..........
“Siapa dia sebenarnya ?, kenapa ingin bertemu denganku”,
“mungkin dia salah kirim, aku hanya menunggu fadly, bukan orang lain, atau ini memang fadly?, tapi dia kan sudah mati”, tanyanya dalam hati. Segera dia membalas surat itu.
Aku tak pernah tahu siapa dirimu,
Tapi aku mohon tunjukkan siapa kau sebenarnya,
sekarang atau tidak selamanya....
Dan mengikatkan erat kepada burung merpati itu, kemudian membiarkannya terbang sendiri, tanpa ada yang menemani. Echa masih menatap arah hilangnya merpati itu, tapi dia tak tahu pasti kemana burung itu itu terbang ?, kemana burung itu menghilang.
Dua jam telah berlalu, matahari sore itu sudah mulai pudar, tapi burung merpati penyampai pesannya belum juga tiba, dalam hati ia bertanya-tanya, siapa orang yang ingin bertemu denganku ?, dan kenapa ingin bertemu denganku ?.
Sorepun berlalu menjadi malam, tapi tak ada tanda-tanda burung itu kembali,
Malam itu echa hanya memandangi langit yang bertabur bintang
“ kemana perginya burung itu??”, tanyanya dalam hati.
Echapun kembali terhanyut dalam lamunannya,,memori bersama fadly kembali terlintas dalam lamunannya, tanpa sadar air matanyapun jatuh membasahi pipinya.
“Bodoh, aku kangen ma kamu, kamu tega yah ninggalin aku”, ucapnya dalam hati. Sudah seminggu Echa menunggu Merpati Putih itu, namun, burung itu tak pernah lagi terdengar kepakan sayapnya. Kemana burung itu, Echapun tak tahu.
“Cha, kamu dah makan belum ?”, ucap mamanya mengusap kepala anak satu-satunnya itu.
“Belum mah,” ucapnya singkat.
“ya udah, mama ambilin makanan yah, entar mama suapin deh,” ujar mamanya sambil beranjak dari tempat pembaringan Echa.
“Plok....Plok...Plok...”, suara dari jendela kamarnya
Echa kaget dan beranjak dari tempat tidurnya, membuka jendela dan membiarkan makhluk putih itu masuk ke ruang peristirahatannya. Mata echa berbinar melihat binatang yang sempat membuatnya jengkel, kangen tapi dengan erat dia peluk dan mencium ujung bibir makhluk itu.
“kamu dari mana makhluk jelek yang bikin aku penasaran?”, ucapnya sambil kembali memeluk burung merpati putih itu. Burung itu hanya berkicau indah, seakan menjawab pertanyaan Echa dengan lugas. Dan seperti biasa Echa meraih kertas yang terikat di kaki Merpati Putih itu, kemudian dengan hati yang bergemuruh dia membuka lipatan kertas, sangat pelan, seakan dia takut kertas itu akan robek, jika terlalu cepat membukanya.
Look around...
Dengan wajah heran, kecewa, bercampur sedih, ia menatap kertas berisi pesan singkat, yang dibawa merpati putih itu. Namun, ia seakan tak mengerti isi kertas itu, namun, dia melangkahkan kakinya, menatap luas keluar jendela. Tapi, apa yang dicarinya ?.
Tiba-tiba matanya tertuju kepada sosok tinggi hitam, yang berdiri di depan rumahnya, tapi dia tak tahu siapa orang itu, wajahnya tak terlihat karena makhluk itu melihat ke bawah, tapi sosok itu mengingatkan kepada satu sosok cowok yang sangat disayanginya.
“Fadly, kaukah itu ??”, ucapnya dalam hati.
Echapun berlari turun, dengan menahan isak tangisnya dia membuka pintu, dan mukanya, orang itu berkata.
“Saya bukan Fadly mba’,”Ucap orang itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Echa, yang membuat echa tak mampu menahan isak tangisnya.
“terus kamu sapa ?”, jawab echa terisak
“Saya sahabat Fadly di Jakarta, waktu itu, saat Fadly mau berangkat ke Makassar, dia nitip surat, dan nyuruh saya untuk bawa surat ini kesini, dengan burung merpati”, ucap teman Fadly menahan tangis.
“Jadi, kayaknya fadly dah tau, kalau ajalnya dah dekat, makanya dia nitip surat ke saya sesaat sebelum naik ke pesawat”, sambungnya kembali
Echa pun menangis sebesar-besarnya, ia hampir pingsan, untung saja mamanya dengan cepat menggosokkan minyak kayu putih k tengkuknya.
“Fadlyyyyyyyy, kenapa kamu gak bilang?, Aku sayang sama kamu”, teriak Echa memenuhi seisi rumah.
“Mba ini surat terakhir dari Fadly”, Ucapnya sambil menyerahkan kertas itu.
Jelek.... kamu pasti nangis, gak usah nangis deh, klo kamu nangis, ntar kamu dikira mak lampir sama temanku, oia, saat kamu baca surat ini, aku melihatmu di atas, tersenyum bersama malaikat-malaikat, jadi jangan bikin malu dong, hapus air mata kamu, dan lihat ke atas, supaya, bidadari disini tau kalau kamu tuh cantik......
Love You Always Jelek......
Isi surat itu, sedikit mengurangi tangisan Echa, dia pun menegadahkan kepala ke atas, tersenyum dan berkata.
Love You too Bodoh.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline