KALIMBOLIMBO, terletak sekitar tiga kilometer bagian utara benteng Sangia Yi Gola di Katolemando. Kalimbolimbo mulanya merupakan sebuah kawasan pertanian yang masuk ke dalam wilayah hukum komune adat Katolemando.
Seiring waktu jumlah penduduk bertambah dan oleh migrasi dari komune lain yang mencari penghidupan. Kalimbolimbo berubah menjadi pemukiman yang berkembang sama besar dengan Katolemando.
Pun begitu kehidupan di Kalimbolimbo belum memiliki sebuah pemerintahan (adat). Segala-gala persoalan sosial maupun persoalan adat selalu di rujuk ke Katolemando untuk mendapat keputusan.
Satu keunggulan dari Kalimbolimbo ini, dia terkenal subur dan aman. Kabar itu menjadi pemantik bagi orang lain untuk ikut bermukim disana. Ceritanya, mirip-miriplah dengan kisah peradaban Mesopotamia. Kesuburan tanah Mesopotamialah yang mendorong orang-orang Sumeria bermigrasi disana dan membangun peradaban pertama 5000 tahun yang lalu.
Pada suatu hari. Orang-orang Kalimbolimbo ini akhirnya mendirikan Galampa sendiri. Artinya, mendirikan pemerintahan (adat) sendiri. Sebuah musyawarah berlangsung singkat dan sederhana di sebuah halaman rumah salah satu tokoh masyarakat Kalimbolimbo.
Yah, isi dalam musyawarah itu ibarat sebuah proklamasi. Pernyataan sikap untuk berpisah dari Katolemando dan mendirikan pemerintahan adat sendiri.
Tokoh-tokoh pemrakarsanya, ini antara lain: Amatompa, Amsamente, Amtowajo, Amgorinda, Ambadiru, Amjangingi, Amcilogo, Amjalangi, Amdausu dan lain-lain.
Proklamasi Kalimbolimbo hari itu tersiar. Sampai juga ke telinga Istana Sultan Buton. Tepatnya sebenarnya peristiwa itu dilaporkan oleh dewan adat Katolemando dengan tuduhan guali. Arti guali dalam bahasa Indonesia adalah makar. Atau pengambilalihan kekuasaan.
Pihak Kesultanan pun melakukan investigasi lapangan. Tokoh Kalimbolimbo beralibi mereka tidak melakukan makar seperti yang di sangkakan. Akan tetapi hanya ingin terpisah dari Katolemando dengan membuat pemerintahan adat sendiri.
Sultan Buton rupanya mempertimbangkan dan memperhatikan keinginan tokoh Kalimbolimbo. Dengan struktur pemerintahan pertama seperti berikut: Amgorinda sebagai Parabela, Amdausu sebagai Moji, Amcilogo sebagai Waci dan Amjangingi sebagai Pandesuka.