Lihat ke Halaman Asli

“Father of the Century” Jiwa Kepemimpinan yang Diakui

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1354443351231421598

Pada skala Nasional, kita baru saja menjadi saksi atas kemenangan Pasangan Joko Widodo yang lebih popular dengan panggilan Jakowi & Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok. Mereka sebagai Gubenur dan wakilnya untuk memimpin Jakarta, ibukota Republik Indonesia.Sedangkan pada skala Internasional, kita menyaksikan Presiden Obama kembali terpilih sebagai pemimpin Negara Amerika.

Kedudukan sebagai pemimpin banyak diminati, sebuah jabatan yang menjanjikan banyak hal pada penjabatnya. Sayangnya tidak semua orang mampu menjadi pemimpin. Banyak orang yang hanya bisa jadi pemimpi yang tidak mampu memimpin.! Jangankan memimpin orang lain, memimpin jiwanya sendiri juga masih tidak mampu.

Memimpin sebuah organisasi, baik dalam kontek perusahaan ataupun politik, ketika dalam tahap membangun dalam lingkup pimpinannya, seorang pemimpin harus sadar, dia bukan memimpin kumpulan mesin canggih, tetapi yang dipimpinnya adalah sekumpulan manusia yang terdiri dari berbagai karakter dan keahlian. Seorang pemimpin, bukan hanya loyalitas pada apa yang dipimpin, tetapi harus mampu menerima kenyataan jika dia gagal memimpin orang lain, bahkan mungkin memimpin jiwanya.

Apa yang menjadi difinisi seorang Pemimpin yang membuat seseorang bisa diakui oleh anggota tim yang dipimpinnya, dialah yang mempunya ciri-ciri sebagai berikut :

·Mempunyai rasa percaya diri yang kuat.

·Mampu membangun semangat anggota tim untuk keluar dari frustasi kegagalan.

·Punya gaya memimpin yang orsinil, bukan meniru gaya orang lain.

·Melibatkan anggota timnya dalam membuat keputusan, dan tetap tanggung jawab.

·Seorang yang punya instusi yang mampu membaca situasi kondisi, kapan dia membiarkantim yang dipimpinannya untuk berdemokrasi, dan kapan secara tegas mengharuskan timnya untuk konsisten dalam menjalankan keputusan yang sudah diambil.

·Dia mampu memberi kepercayaan dan berkeyakinan bahwa tim kerjanya mampu untuk bekerja dengan lebih baik, dari waktu ke waktu.

Banyak gaya pemimpin yang bisa kita lihat, dan bisa diambil sisi baiknya dan sisi buruknya kita pelajari untuk hindarkan diri dari kegagalan memimpin, salah satu hal yang paling dasar, seorang pemimpin harus mampu menciptakan iklim keharmonisan antara rekan kerja. Sayangnya banyak pemimpin tanpa sadar, memciptakan. Suasana keruh sebagai contoh:

  • Sikap curiga pada anak buah, menyepelekan keberadaan, pemikiran anak buah.
  • Menjegal kemauan rakyat/ karyawan untuk menyampaikan visi-visinya.
  • Ketidak adilan yang diciptakan, membuat cemburu/ iri hati diantara anak buah.
  • Pelaksanaan sistem kerja/ manajemen yang tidak konsekuen, sering berubah menurut ‘mood’ pemimpin.
  • Pemimpin, senang mencari kambing hitam untuk kegagalan yang terjadi.
  • Pemimpin, tidak mampu menerima kritik, dan tidak mampu menerima saran-saran.
  • Pemimpin, tidak mampu mengontrol emosi dan tidak punya disiplin kerja yang bisa diteladani anak buah.

Ayah sebagai pemimpin keluarga

Sosok ayah indentik dengan pemimpin, dimana dia berperan sebagai kepala keluarga dalam arti luas, sebaiknya janagn menjadi figur yang sok berkuasa, dimana pasangannya, anak-anaknya semua diwajibkan mengikuti apa kemauannya. Dalam hidup berpasangan kesetaraan dalam berinteraksi lebih disarankan, tidak ada yang merasa dan diberi porsi lebih berkuasa atas kehidupan anggota keluarganya, pembagian tugas serta merta bersama-sama, dalam mengatur serta hak dan kewajiban dibagi dan dilaksanakan bersama.

Jika hari ibu baik skala Internasional atau Nasional cukup popular diperingati setiap tanggal 22 Desember, sedangkan hari Ayah tidak berasa gaungnya, bahkan banyak masyarakat yang tidak tahu, ternyata ada Hari Ayah!Yang biasa diperingati pada minggu ketiga di bulan Juni.

Peran ayah dan ibu dalam keluarga akan membantu kejiwaan anak-anaknya untuk masa depannya. Seorang anak yang melihat ketidak seimbangan antara hak dan kewajiban orang tuanya, akan menjadi pribadi yang kesulitan dalam memerankan perannya ketika dia berumah tangga. Figur ibu yang dominan dalam mencari nafkah dan mengurus keluarganya, membuat seorang anak lelaki berpandangan,suatu hari ingin perempuan sebagai istrinya dengan standar seperti ibunya. Demikian juga anak perempuan yang melihat peran ayah yang dominan mengurus dan bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam keluarganya, membuat putrinya bercita-cita memiliki suami yang mendekati figur ayahnya.

Sosok ayah sebagai pemimpin dalam keluarga sebaiknya didukung oleh sosok ibu yang menghormati dan menghargai suami sebagai ayah dari anak-anaknya. Tetapi sayangnya banyak ibu malah memberi cemoohan pada suaminya dan mengiring pikiran anak-anaknya pada hal-hal negatif sebagai kekurangan dari diri sang ayah.Pola pembagian kepercayaan anak-anak terhadap orang tua, seolah terbagi atau sengaja dibagi agar berpihak pada salah satu orang tuanya. Jika hal-hal ini terus dijalankan dan menjadi budaya dalam keluarga tersebut. Maka generasi muda menjadi sosok yang gamang, labil dalam bertindak dan malas berpikir kritis.

Sebaliknya jika ayah berada dalam posisi yang diidolakan sebagai pemimpin, ia harus mampu berprilaku sebagaimana pemimpin yang bijaksana dalam memberi saran, kritik dan membuka jalur komunikasi dua arah yang baik. Mampu melerai setiap pertikaian yang terjadi diantara anggota keluarga, tanpa memihak.

[caption id="attachment_212447" align="aligncenter" width="300" caption="diambil dari google"]

13544434691952808432

[/caption]

Ayah abad ini

Banyak cerita berkisah tentang sosok ibu, dibawah ini adalah sebuah kisah dari prilaku seorang ayah yang mencintai anaknya sebagaimana adanya. Banyak orang tua bangga atas prestasi anak-anaknya, tetapi sebaiknya banyak orang tua yang tidak mampu menerima kondisi anak-anak mereka yang terlahir cacat. Mari kita belajar banyak dari seorang Ayah yang dijuluki sebagai “Father of the Century” dialahRick van Beek,pria asal Byron Center, Michigan, yang memiliki seorang anak remaja putri, Madison, dan dua anak lainnya. Namun, keadaan Madison tidak seperti anak-anak seusianya. Dia mengidap penyakit Cerebral Palsy. Jenis penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit lumpuh otak yang dapat mengakibatkan kelumpuhan dan cacat fisik lainnya. Penyakit ini mengganggu fungsi otak dan sistem saraf yang mengendalikan alat gerak pada tubuh, indera pendengaran dan penglihatan. Meski demikian, sang ayah, Rickmengajak putrinya ini mengikuti lomba triathlon (The Sanford and Sun Sprint Triathlon) sebab ayah ini tahu bahwa putrinya sangat bahagia dengan kegiatan ini.

Tim ayah dan anak ini harus melewati 3 sesi perlombaan, yaitu renang sepanjang 482 m, bersepeda sepanjang 20 km, dan berlari sejauh 5 km. Meski tantangan ini tampak berat, tapi Rick melakukannya dengan sepenuh hati bagi anaknya. Madison atau yang lebih akrab dipanggil Maddy, mengikuti perlombaan itu dengan menggunakan kereta dorong dan perahu kecil pada sesi renang. Anak tersebut tetap terlihat sangat gembira dalam perlombaan tersebut bersama ayahnya. Ini bukanlah perlombaan pertama yang diikuti oleh pasangan kompak ayah dari ayah yang mencintai anaknya. Mereka tercatat sudah mengikuti sekitar 70 jenis perlombaan termasuk balap lari semi-maraton, dan masih banyak lagi. (sumber: Daily Mail)

[caption id="attachment_212449" align="aligncenter" width="300" caption="diambil dari google"]

13544435371061321933

[/caption]

Jika Rick mampu mengasihi anaknya yang cacat, dan memberi contoh prilaku sebagaimana seharusnya seorang ayah memimpin keluarganya, bagaimana dengan kita semua? Siapkah kita membawa bahtera keluarga ini pada jalan yang benar dan mencapai garis finish kesuksesan dan kebahagiaan, tentu hal ini semua harus kita rencanakan dan mengatur pelaksanaannya.

NB :

artikel ini tayang pada edisi cetak koran Suara Pembaruan Minggu 2 Des 2012 dengan judul "Jiwa Kepimpinan yang diakui"

[caption id="attachment_212464" align="aligncenter" width="300" caption="edisi cetak 2 Des 2012"]

1354458652189308825

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline