Lihat ke Halaman Asli

Kesehatan Jiwaraga, Itu Aset Hidup!

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membicarakan kesuksesan dalam kontek bisnis, kita bisa melihat kenyataan, banyak orang yang sudah sampai dipuncak sukses dengan harta kekayaan yang berlimpah. Tetapi berapa banyak orang yang bisa tetap memiliki tubuh yang sehat, untuk bisa menikmati kesuksesannya?Kita akan tercenung menghitung angka dalam kenyataan yang ada.!

Saat ini dunia baru menerima kabar duka cita,Steve Jobs (1955-2011) seorang lelaki penuh daya kreativitas dan inovasi tanpa batas dalam berkarya, sudah pergi meninggalkan dunia ini.

Sukses dalam bisnis, terpuruk dalam kesehatan

Sama dengan kebanyakan orang sukses lainnya, Steve berjuang melawan kanker yang mengerogoti tubuhnya, dan akhirnya dia harus menyerah pada usia yang baru menginjak lima puluh lima tahun. Usia yang relative masih muda, dan banyak kemungkinan masih bisa diperpanjang dengan banyak pengetahuan dan bantuan kecanggihan alat-alat kedokteran.Tapi manusia hanya bisa berpasrah, jika usia sudah sampai pada titiknya. Dengan kepergian Steve, marilah kita merenungkan arti hidup dan kehidupan ini. Banyak orang yang suksesdalam karier dan karya cipta untuk dunia dan kehidupan ini, tapi lupa akan keterbatasan organ tubuhnya yang membuatnya tetap hidup untuk menjalankan kehidupannya.

Idealnya jika seseorang sukses dalam bisnisnya, tentu bisa sukses juga dalam kesehatannya sebab dia memiliki uang untuk perawatan kesehatannya, karena dibandingkan dengan orang miskin, mereka lebih banyak kesempatan untuk mencek kesehatannya secara teratur, mendapat perhatian dari para dokter ahli, mengkonsumsi makanan dengan bahan terbaik, dan fasilitas hidup yang serba bagus. Tetapidalam kenyataannya, saat ini banyak orang sukses dalam karier (bisnis) tetapi sangat terpuruk dalam kesehatannya. Banyak orang tidak sanggup mengikuti ritme kesuksesannya, perubahan gaya hidup menjadikan dia sulit untuk mengatur keharmonisan tubuh, pikiran dan jiwanya.

Waktu yang sama diberikan pada tiap orang, tetapi pembagian dan efisiensi pemakaian waktu itu begitu sangat individual. Didalam kondisi hidup manusia ada satu kepastian yang tidak bisa ditawar, yaitu kematian, sebagai tanda berakhirnya aktivitas hidup kita di dunia ini.

Pikiran dan tubuh manusia saling berhubungan erat satu sama lain. Jika jiwa kita teraniaya oleh aktivitas tubuh dan pikiran, maka stress (ketegangan) akan berlangsung secara berkelanjutan, yang akan mengubah struktur kimia darah, melemahkan sumber daya tubuh.

Kemampuannya beradaptasi dengan team kerja dan hidup dalam realitas membentuk karakter diri, dan hal ini sangat menentukan kesehatan organ tubuh dan sistem ketahanan tubuh. Jika emosi kita yang sangat labil, mudah terpicu oleh hal-hal sepele. Ketika hal ini terjadi, imunsistem tubuh melemah dan akhirnya seseorang mengalami sakit. Oleh karena itu, penting seseorang punya kemampuan menyeimbangkan antara pikiran dan jiwanya, sebab setumpuk ide dan setumpuk harta, tidak akan bisa menggantikan arti kesehatan yang kita miliki.

Dalam hidup ini semua orang punya problem, begitu juga dengan mengelola perusahaan atau dalam bekerja, pasti banyak masalah yang harus dipecahkan dan dicari solusinya, dan hal itu bukan perkara mudah.

Karakter orang berbeda-beda, demikian juga cara mereka menangani masalah yang ada pada jalur hidup, Ada orang yang sangat suka menghindari masalah, bukan memecahkannya apalagi berusaha secepatnya menyelesaikan. Untuk orang-orang dalam katagori ini sangat menghambat jalannya usaha dan perusahaan, jika dia duduk sebagai pimpinan, maka perusahaan dan karyawan akan menjadikan masalahtersebut bertambah besar, seperti bola salju yang mengelinding dari atas bukit kearah bawah, semakin lama semakin besar dan akhirnya sulit untuk dituntaskan penyelesaiannya.

Pada suatu kesempatan, saya menemani suami menghadiri undangan jamuan makan malam, sebuah perusahaan yang merayakan ulang tahun, dan tahun tersebut merupakan ‘tahun emas’ bagi perusahaan tersebut, maka jamuan makan malam tersebut juga dimaksukan untuk ‘Perayaan kesuksesan’ sebuah perusahaan, kami duduk mengelilingi hidangan mewah yang semua terlihat lezat, kami berhenti ngobrol ketika sampai Presiden Komisarisnya mempersilahkan kami semua memulai santapan yang sudah disediakan. Yang menarik,seloroh beliau yang berkata: ‘ Para sahabat yang saya hormati, silahkan makan yang banyak, semasih fisik anda berkenan mengizinkan makanan enak ini masuk dalam tubuh’.

Komisaris tersebut tersenyum dan meminta maaf sambil bercerita, dirinya sendiri tidak bisa menikmati hidangan mewah yang ada dihadapannya, dokter yang merawatnya memberinya resep diet agar tubuhnya tetap bisa sehat, penyakit kronis akibat gaya hidup modern, sudah mengerogoti fisiknya. Beliau tercacat sebagai penderita hipertensi parah, dimana untuk kesehatan jantungnya, diharuskan mengkonsumsi makanan hanya yang diizinkan dokter. Demikian juga dengan penyakit diabetesmilitus (kencing manis), diet yang ketat diterapkan oleh para ahli medis yang merawatnya. ‘Dulu saya sangat miskin, mau makan saja susah, sekarang saya banyak harta, mau makan juga susah’.Hembusan tarikan nafas panjang sang komisaris mengakhiri ceritanya dengan wajah tersenyum kecut, dan tangannya mulai menyentuh satu set makanan bawaan dari rumahnya yang menjadi porsi yang boleh beliau santap.

Kesehatan jiwaraga adalah asset hidup

Kita tidak bisa meraih semua keinginan kita, dan penyesalan atau rasa bersalah, adalah dua momok penghancur yang datang dari masa lalu, kita akan selalu merasa menyesal karena dulu salah langkah, kita akan sangat merasa bersalah, karena terlambat memulai usaha. Hentikan semua rasa menyesal dan bersalah, tidak ada gunanya.! Marilah berubah untuk bertumbuh, Jalani dan hiduplah sekarang, dan berubahlah untuk masa depan, bukan masa lalu.

Gaya hidup dunia modern membuat orang seperti dikejar waktu, bahkan untuk diri sendiri saja sulit memberi waktu, apalagi untuk pasangan dan anak-anak, maka tidak heran banyak yang jadi frustasi dan depresi, waktu tidak pernah berkurang, tetapi manusia selalu kekurangan waktu untuk hidupnya. Menggunakan waktu, sama dengan uang deposito, kita bebas-bebas saja menggunkannya, Tetapi ada saldo perhitungan yang akan dan harus dipertanggung jawabkan.

Ketegangan (stress) akibat dikejar-kejar waktu, membuat kita depresi, jika dibiarkan berlanjut menjadi sakit jiwa terselubung, jika tanpa pertolongan akan menjadi gila dalam arti sesungguhnya, perawatan di RSJ (Rumah Sakit Jiwa) sangat perlu dilakukan. Untuk mencegah agar tidak menjadi penghuni RSJ, kita mungkin harus sadar diri jika kita ada dalam kondisi depresi, dan segera mencari pertolongan ahli. Jangan biarkan jiwa kita kalah dalam berjuang mencapai akhir hidup yang bahagia, percuma uang berlimpah jika jiwa kita hancur.!

Secara umum, manusia merasa kesulitan mengalami kehilangan. Rasa sakit oleh ‘kehilangan’ sesuatu lebih kuat ketimbang ‘mendapatkan’ sesuatu. Daniel Kahneman, peraih penghargaan Nobel atas karyanya, Prospect Theory, menjelaskan “Bagaimana seseorang mengambil pilihan dalam suatu situasi, ketika ia harus mengambil keputusan antara dua hal yang mengandung risiko, pasti kebimbangan selalu muncul”.

Kesehatan adalah asset untuk kita tetap hidup dan menikmati kesuksesan karier dan hidup ini, mulailah memberi perhatian pada sinyal-sinyal tubuh kita.Hidup hanya sekali, kewajiban kita sebagai manusia untuk mempertahankan kesehatan jiwa raga ini.

salam bahagia untuk semua,

LH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline