Lihat ke Halaman Asli

Misteri Hubungan Seks

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

seorang psikolog Dr. Cherie Carter Scott mengatakan hukum tentang energi cinta demikian: Bagaimana Anda memandang dan memperlakukan diri sendiri, maka begitulah orang lain akan memandang dan memperlakukan Anda.

gambar ilustrasi ini diambil dari image google

Dalam sebuah sidang pengadilan, suasana mendadak dipenuhi riuh tawa pengunjung yang spontan terasa seperti paduan suara. Hadirin di ruang tersebut tak bisa menahan tawa tatkala mendengar jawaban seorang ibu yang menggendong anak balitanya kepada hakim yang bertanya, “Mengapa ibu minta cerai, padahal suami ibu tidak ingin bercerai?”

Demikian jawab ibu tersebut, “Aduh Pak Hakim, saya tidak sanggup lagi melayani nafsunya, saya tidak bisa tidur. Suami saya minta terus- terusan berhubungan intim, kadang sehari ia tidak masuk kerja karena ingin begituan terus. Lelah saya ini. Saya minta cerai saja, sudah tidak tahan. Pak Hakim.”

Sementara tawa hadirin masih riuh, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang berteriak demikian, “Ya, ibu ‘kan enak punya suami yang minta terus-terusan daripada seperti saya ini. Suami menggugat cerai karena saya selingkuh. Padahal suami yang salah karena tak bisa memberi nafkah batin. Saya ‘kan masih ingin merasakan enaknya berhubungan!”

Dua suara perempuan berlainan kehendak, tak pelak lagi menambah gelegar suara tawa, namun sekarang diselingi bisik – bisik hadirin lainnya. Dalam kasus ibu yang pertama, ia merasa sebagai pemuas nafsu suaminya saja. Karena itu perasaan lelah dan tidak sanggup mendera dirinya. Ia tidak bisa lagi merasakan nikmatnya berhubungan dan tidak tercapai kebersamaan yang mesra.

Bisa jadi ibu tersebut tidak atau belum merasakan seperti apa nikmatnya berhubungan intim, karena itu berhubungan intim dipandang hanya sebagai kewajiban saja. Hubungan intim tidak dipandang sebagai kemesraan kebersamaan, dalam hal ini yang mereguk kepuasan hanyalah sang suami. Kebetulan gairah sang suami ini begitu meluap-luap, melebihi orang kebanyakan, sementara sang istri merasa kewalahan dan menderita.

Berbeda dengan kasus ibu kedua, ia digugat cerai sang suami karena memenuhi hasratnya dengan laki-laki lain. Suaminya jarang atau kurang dalam memenuhi tuntutan gairahnya. Dituntut cerai pun ia tidak merasa bersalah karena sang suami dinilai tidak memenuhi kewajibannya dalam memberi nafkah batin.

gambar ilustrasi ini diambil dari image google

Misteri Hubungan Seks

Kita sebagai Manusia tahu bahwa hubungan antara pria dan wanita merupakan misteri yang tak dapat diajarkan. Seks mungkin hanya alat pembantu untuk memperoleh keharmonisan yang lebih tinggi dari sifat manusia itu sendiri. Hubungan seks merupakan pergulatan menggairahkan bagi penguasaan dan kepasrahan diri. Hubungan seks yang bermakna adalah hubungan yang berdasarkan kasih sayang, mencintai dengan kelembutan dari jiwa yang tulus.

Memang dalam berhubungan seks ada juga keharusan biologis sebagai spesies yang perlu bereproduksi dan berkesinambungan. Fungsi ini harus terlaksana karena tanggung jawab manusia sebagai makhluk ciptaan Allah adalah untuk memelihara kelangsungan umat manusia dalam mendiami planet bumi ini.

Bila hubungan seks tidak disertai saling menyayangi dan kepasrahan total dari tubuh, jiwa dan hati (perasaan), niscaya yang terjadi adalah kepincangan energi. Akibatnya akan muncul perasan tidak suka, tidak puas dari satu pihak atau malah dari kedua pihak.

Mantak Chia dalam bukunya “Taoist Secrets of Healing” mengatakan kalau Anda tidur dan melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak Anda cintai, maka energi gaib kasih sayang tidak akan muncul. Akibatnya timbul pertentangan psikis yang menyebabkan konflik batin, sampai kita bisa memulihkan hubungan psikis Anda sendiri.

Mutu perasaaan dan kejujuran batin sendiri sangat menentukan energi yang Anda bangkitkan dan Anda serap. Sejumlah ahli jiwa sudah membuktikan bahwa hormon-hormon orang yang melakukan hubungan seks dengan teratur dan menikmatinya, akan semakin bekerja dengan optimal. Dengan demikian kesehatan fisik tercipta secara permanen, juga membuat orang tersebut bersemangat dalam kehidupan sehari-harinya.

Seseorang dengan kepribadian yang matang selalu siap untuk mentoleransi sikap pasangannya yang kurang berkenan, mampu memberi maaf dan berusaha mengarahkannya ke jalan yang benar. Jika keduanya tercipta, maka rumah tangga pun akan harmonis dan bahagia.

gambar ilustrasi ini diambil dari image google

dengan membaca pengalaman orang lain,

kita bisa mengambil hikmahnya untuk hidup kita,

semoga tulisan ini bermanfaat.

salam bahagia,

L.H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline