Lihat ke Halaman Asli

Wisata Rakyat, Haruskah Identik dengan Kesemerawutan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya merasa sebagai rakyat, bagaimana dengan kompasianer semua.?

ada yang merasa bukan rakyat.?

Wisata Rakyat...............

Tanggal 28 Mei lalu, saya diajak anak-anak untuk nyekar (menebar bunga) dilaut sebagai peringatan 100 hari ayah mereka, sambil berwisata ke Kepulauan Seribu. dengan mengajak beberapa teman mereka, akhirnya kami berangkat.

Saya diwanti-wanti karena ini Wisata Rakyat mam, 1) jangan pakai baju bagus.!  2) jangan bawa barang banyak.! 3) jangan manja, semua harus dibawa dan ngurus diri sendiri.!

Walah, wanti-wantinya banyak amat ya.!

Hati saya tambah semangat ingin tau seperti apa sih wisata rakyat.!,

bukankah semua kita ini rakyat.!

Mam, kalau Wisata Rakyat..tau sendirilah......!

semua serba darurat dan tidak nyaman seperti wisata orang kaya.! ( si sulung mencoba menjelaskan)

Ooh, jadi Wisata Rakyat = Wisatanya Orang Miskin.?

iya lah mam, lhaaaaaaa bayar kapalnya aja cuman 5% aja dari harga Wisata Orang Kaya.

yuuuuuuuuk berangkat, mama ingin tau seperti apa sih.? Wisata Rakyat itu.!

Sampe deh di Pelabuhan Muara Angke,

Astaga maaaaaaaaaak, rakyat banyak amat yang mau wisata

Tidak ada antrian, siapa cepat dia dapat berlayar... berebut... berebut naik kekapal.!

liat air disekitar kapal, saya berdoa..Tuhan lindungilah, jangan sampai saya tercebur diair hitam bersampah ini!

menunggu diangkut dengan tetap tersenyum

Wisata Rakyat, tidak ada tempat menunggu ,

disinilah kami menunggu dapat antrian naik kekapal yang akan membawa kami, bahkan makan siang kami lakukan disini, maklum kami berangkat dari rumah jam 5 subuh, dan dapat diberangkatkan jam 13 wib

akhirnya saya dan anak-anak berhasil loncat kedalam kapal.

astaga ternyata kapalnya, tidak ada tempat duduk.! semua duduk dilantai.....!

ooh Wisata Rakyat, apa kita sudah dianggap kambing yang akan diangkut.?

seorang ibu menangis karena kakinya terinjak, dan suaminya bilang : sudahlah bu, maklum Wisata Rakyat.

disambut hujan deras kami menepi di Pulau Pramuka,

acccccch Wisata Rakyat,,,,,,

Accccccch terbayar sudah jerih payah berebut naik kapal "Wisata Rakyat"

air yang jernih, karang yang indah dan ikan yang banyak, suatu pemandangan alam kekayaan negeriku.!

Pemandangan dalam laut yang indah, menghapus semua kejengkelan, kecapean yang ada Bersyukur pada Tuhan karena diizinkan menikmati kebesaran CiptaanNya.

Seandainya Negeri ini dikelola dengan benar, betapa indahnya dan kaya raya........... pantesan Belanda aja sampai betah menjajah berabad-abad...... lha ikan dilaut Indonesia tidak pernah habis.! bahkan kami memancing hanya dengan kail yang diberi umpan pisang goreng sudah berhasil mendapat ikan.

Pikiran menerawang dan bertanya : kemanakah larinya kewibawaan dan manfaatnya otonomi daerah.? bukankah sekarang tiap daerah boleh mengelola sendiri daerahnya.? haruskan Wisata Rakyat indentik dengan kesemerawutan dan kejorokan.! bukankah Rakyat berhak mendapat hiburan murah yang bersih dan tertib.?

Salam Bahagia untuk semua, L.H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline