Lihat ke Halaman Asli

Kyota Hamzah

penikmat sejarah yang kebetulan menulis

Makhluk Buas Bernama Manusia

Diperbarui: 18 Agustus 2019   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semakin mengenal manusia, maka semakin paham bila sebenarnya kita ini binatang yang bisa berbicara. Binatang yang bisa jinak seperti domba, atau liar laksana singa. Pada dasarnya itu adalah sifat yang menjadi parameter bagi kita apa kita ini layak disebut "insan mulia" atau lebih bbinuruk daripada binatang itu sendiri.

Yang menjadi pembeda antara kita dengan makhluk lainnya adalah akal dan nurani. Tuhan ciptakan akal agar bisa berpikir dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Berpikir bila segala sesuatu memiliki tujuan dan pembelajaran, ini terjadi saat Adam dan para malaikat diberi pertanyaan oleh Sang Pencipta tentang nama makhluk dan semua ciptaannya.

Akal adalah perangkat penting yang dimiliki manusia untuk menalar dan mempertimbangkan tindak-tanduk kita, akal membedakannya kita dengan binatang untuk berpikir apa yang kita kerjakan saat ini atau yang akan datang itu membawa manfaat atau justru mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.

Sebab dengan akal kita punya patokan dan cara dalam menghadapi masalah serta mengambil pelajaran yang ada. Itu yang menjadikan kita berbeda dengan binatang, binatang hidup sekadar hidup sedang manusia hidup mengejar tujuannya hidup. Maka dari sini peran akal muncul, akal mengolah segala aktifitas kita menjadi pengalaman dan pengetahuan dari mengamati, mendengar, merasakan, serta memikirkan.

Apa-apa yang dilalui manusia, memiliki makna yang harus diresapi oleh setiap individu supaya tidak tersesat. Memang akal menjadi pembeda antara kita dengan binatang, akan tetapi akal bisa tersesat di persimpangan jalan yang baik dan buruk. Sehingga selain ada akal, Tuhan ciptakan pasangan dari akal bernama nurani. Nurani menjadi penuntun dan pengingat bilamana akal berjalan melampaui batasnya. Selain itu, nurani menerjemahkan makna yang belum bisa diterjemahkan oleh akal.

Jadi akal dan nurani adalah dua pusaka yang dimiliki manusia, pusaka yang menjadikan kita terhindar dari sifat-sifat binatang buas yang saling menerkam dengan kata maupun tindakan. Bila kita kehilangan keduanya, maka Tak ada bedanya aku, kamu, dan semua yang mengaku manusia dengan binatang. Tak punya tujuan dan tak memiliki aturan dalam menjalani sisa kehidupan yang ada di bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline