Bukanlah hal sulit menemukan polisi ceppe’ di Kota Makassar. Polisi ceppe’, orang-orang yang membantu pengendara membelokkan kendaraan mereka di tikungan jalan dan mendapat saweran tanda terima kasih, merupakan salah satu jasa dadakan yang dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan pundi rupiah yang halal.
Awalnya jasa ini muncul akibat tidak optimalnya pekerjaan Polantas di beberapa wilayah rawan macet. Mungkin pada pagi hari (‘jam macet’) tubuh mereka masih terlihat membantu penertiban jalan, namun di siang hari atau pun sore menjelang maghrib sosok para petugas negara ini cukup jarang ditemukan lagi di beberapa titik di Kota Makassar. Oleh karena itu, jasa para Polisi Ceppe’ ini cukup membantu dalam penertiban jalan yang cukup runyam terutama di waktu makan siang. Tidak ayal, aku seorang polisi ceppe ia meraup keuntungan sekitar Rp125.000 tiap harinya bahkan kadang lebih.
Sayangnya, lain di titik kemacetan Antang yang Polisi Ceppe’nya ikhlas bila jasanya tidak dihargai, lain lagi di Hertasning. Beberapa waktu lalu (malam), seorang Polisi Ceppe’ memaksa meminta imbalan sampai memukul-mukul kaca mobil pengendara.
Sesungguhnya dulu menjadi suatu pertanyaan bagiku , apa gunanya Polantas? Namun, sekarang tampaknya kedua jasa ‘polisi’ ini bekerja berdampingan. Hal ini terlihat di dua titik kemacetan yakni di Perempatan Pannara-Antang dan Pertigaan Tello-Antang-Abdesir. Upaya penertiban jalan dilakukan berdampingan oleh kedua ‘polisi’ ini. Bahkan sang polisi ceppe’ dipinjamkan seragam khas polantas yang ‘hijau stabilo’ itu. Asal tidak polantasnya duduk main catur lantas polisi ceppe’nya kerja sendiri.
Mungkin memang tidak ideal, namun ‘dua-dua’nya dapat enak. Menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H