Lihat ke Halaman Asli

Kang Didin

Saya adalah Penulis dan Videografer serta foto grafer apa saja

Gareng Loro Suwung

Diperbarui: 15 Februari 2023   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Loro loro laraning kang ati

nora koyo ingong

saben karyo wus nglakoni kabeh

Loro-loro kang durung nglakoni

Mukti karo sugeh

Bejane wak ingsun

Jalannya kehidupan seseorang, tidak memandang pangkat drajat atau status sosialnya, pada saatnya dia akan merasakan apa yang disebut suwung. Suwung atau kosong atau sakit hati, bukan dalam arti yang sangat sakit tapi kemeranaan karena satu peristiwa. Kaya cah nom diputus cinta. Apa kaya kelangane wong tuwa ditinggal mati anak. Atau juga kesedihan yang berlangsung karena kemelaratan yang terlalu lama, sehingga kemudian menumbuhkan terkikisnya kesabaran.

Nah terkikisnya kesabaran itu yang kemudian membuat kita ngungun, menyesali keadaan, berlarut-larut membuat hilangnya kesabaran menjadi suwung. Kosong, yang lantas kemudian berimbas pada retaknya kendi toyo murni. Merembes menjadi air mata.

Hayooo kita sinau bareng, dimana airmata itu tersimpan?  Saya menyebutnya didalam kendi toyo murni. Rapi dalam raga kita semua. Dan airmata, luh, itu ndlewer atau mengalir saat kita mengalami kesedihan, atau menahan sakit, bahkan bahagia yang teramat juga membuat kita menangis.

Luh itu betul betul toyo murni, air murni yang diciptakan sebagai pelarut, minyak rem agar kita tidak condong kepada kesedihan berlarut, atau kepada kebahagiaan yang sangat. Keti tetap mampu mengontrol perilaku. Bersyukur anda yang masih bisa menangis dan mengeluarkan air mata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline