Lihat ke Halaman Asli

Kang Didin

Saya adalah Penulis dan Videografer serta foto grafer apa saja

Awas Bulan Suro, Waspada di Tempat Angker

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bulan suro, kata orang tua
bulan suro adalah bulan sangar, harus berhati-hati dan banyak nasehat ini itu
yang dilontarkan. Semua demi kebaikan dan kelangsungan hidupmdengan aman tenang
dan damai. Bukankah ketenangan dan kedamaian hidup menjadi tujuan utama.

Terutama kerukunan antar sesame
mahluk yang telah Tuhanciptakan beragam
bentuk, karakter dan guna fungsinya.

Larangan-larangan orang tua bukan
tanpa alasan, agar kita yang muda berhati-hati. Tidak salah memahaminya sebagai
sebuah kebijakan bajik. Agar kita waspada dan terhindar dari bahaya aral
melintang, terutama pada saat dan keadaan tertantu.

Berikut adalah tulisan semoga
anda bisa memahami dan mengambil sisi manfaat yang bisa kita tularkan sebagai
nasehat dan demi menjaga keseimbangan tata kehidupan, tidak ada unsur magic
gaib dan sebagainya yang saya ungkapkan semua berdasar pada penalaran semata.

Maghrib, kala itu semua warga kampung
sudah ada di dalam rumah mengingat kebiasaan dari nenek moyang yang beraturan bahwa
saat maghrib semua anggota keluarga, tua muda dan anak-anak musti ada di rumah.

Mengapa kalau maghrib sebaiknya didalam rumah?

Bukan tanpa alasan menurut saya,
karena sejak dulu waktu peralihan dari siang menjadi malam selalu disebut
dengan istilah candik ala.Untuk wilayah
pesisir utara kalau di jawa tengah bagian selatan (setahu saya) disebut dengan
sandekala). Waktu dimana matahari baru terbenam. Ditandai dengan bunyi nyaring
orong-orong. Acap kali suara orong-orong menjadi petanda maghrib atau senja
kala sudah berada pada waktu yang tepat.

Ya orong-orong pada wujudnya
adalah serangga sejenis jangkrik, bunyi nyaring adalah hasil gesekan bagian
tubuh sejenis sayap keras yang berfungsi sebagai pelindung bagian tubuh lunak
serangga ini. Entah kenapa serangga ini dinamai orong-orong. Mungkin karena
hidupnya selalu ditempat yang sedikit lembab dengan membuat rong atau
rongga-rongga di tanah.

Semua Orong-orong selalu muncul
pada senjakala, dan setelah nyanyian berhenti artinya sandekala sudah berakhir.
Memang masih ada orong-orong muda yang bandel, namun hanya satu dua yang masih
bersuara.

Orong-orong merupakan serangga
yang memiliki daya kepekaan pada frekuensi tertentu. Acap kali meski suaranya
jauh namun sungguh sangat mengganggu pada microphone kecil, HP atau rekaman
lainnya yang kebetulan berfungsi bersama dengan orong-orong aktif.

Nah orang tua jaman dulu selalu
mengingatkan bahwa ketika sandekala lebih baik berada dirumah, didalam rumah.
Jangan berada diluar atau jika sedang dalam perjalanan lebih baik berhenti
sejenak dan istirahat.

Ancaman yang keluar saat maghrib

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline