Lihat ke Halaman Asli

Kevin Wibowo Mukti

Mahasiswa aktif fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Sejarah Pasukan BlackWater: Tentara Bayaran AS yang Penuh Kontroversi

Diperbarui: 16 Juli 2023   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tentara bayaran yang sedang perang. Foto: Freepik

Blackwater Worldwide, yang sekarang dikenal sebagai Constellis, adalah perusahaan militer swasta (PMC) yang telah mencatat sejarah yang kontroversial sejak didirikan pada tahun 1997. Perusahaan ini telah terlibat dalam berbagai konflik di seluruh dunia dan menjadi sorotan media karena aksi-aksinya yang kontroversial.

Blackwater didirikan oleh Erik Prince, seorang mantan Navy SEAL, dengan tujuan awalnya adalah menyediakan pelatihan keamanan dan penawaran pasukan keamanan swasta. Namun, setelah serangan 11 September 2001, kebutuhan akan layanan keamanan swasta meningkat secara dramatis, dan Blackwater pun terlibat dalam operasi militer di berbagai negara.

Peran utama Blackwater muncul selama perang di Irak. Pada tahun 2003, perusahaan ini mendapatkan kontrak dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk memberikan perlindungan kepada diplomat dan personel militer di Irak. Blackwater menyediakan pasukan keamanan bersenjata yang bertugas melindungi konvoi dan fasilitas penting di tengah kondisi keamanan yang semakin memburuk.

Namun, reputasi Blackwater mulai tercoreng ketika insiden kontroversial terjadi pada 16 September 2007. Sejumlah kontraktor Blackwater dituduh membunuh 17 warga sipil Irak di Nisour Square, Baghdad. Insiden ini menciptakan kegemparan dan protes yang luas di Irak, dan Blackwater dikecam di seluruh dunia. Insiden Nisour Square menjadi puncak kontroversi yang mengguncang Blackwater dan PMCs pada umumnya.

Pada tahun-tahun berikutnya, Blackwater terus beroperasi di berbagai konflik di seluruh dunia, termasuk Afghanistan. Namun, serangkaian kasus kontroversial lainnya juga melibatkan perusahaan ini, termasuk tuduhan korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan tindakan kekerasan yang tidak semestinya.

Seiring berjalannya waktu, Blackwater mengalami perubahan. Pada tahun 2009, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Xe Services, dan kemudian pada tahun 2011 menjadi Academi. Pada tahun 2014, perusahaan ini diakuisisi oleh Constellis Holdings, yang saat ini menjadi pemiliknya.

Meskipun namanya telah berubah, reputasi Blackwater tetap terkait dengan sejarah kontroversialnya. Perusahaan ini menjadi simbol dari perdebatan yang luas tentang peran dan akuntabilitas PMC dalam konflik bersenjata. Beberapa melihat PMC sebagai kekuatan yang efektif dalam mendukung operasi militer, sementara yang lain mengkritik mereka karena kurangnya pengawasan dan akuntabilitas yang memadai.

Sejarah PMC Blackwater memberikan pandangan yang kompleks tentang peran PMC dalam konflik modern. Sementara perusahaan ini telah memberikan layanan keamanan dan dukungan militer kepada klien mereka, mereka juga terlibat dalam insiden yang menghasilkan tuntutan hukum dan perdebatan panas. Sejak insiden Nisour Square, Blackwater telah menghadapi konsekuensi hukum dan perubahan dalam peraturan yang mengatur PMC. Beberapa mantan kontraktor Blackwater diadili dan dihukum, sementara perusahaan itu sendiri menghadapi gugatan hukum dan penyelidikan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Kasus-kasus kontroversial yang melibatkan Blackwater telah memunculkan pertanyaan tentang keberadaan dan peran PMCs dalam konflik bersenjata. Banyak kritikus menganggap perusahaan ini sebagai entitas yang tidak terkendali dan beroperasi tanpa pengawasan yang memadai. Mereka berpendapat bahwa keberadaan PMCs dapat mengaburkan garis antara militer dan sektor swasta, dan memungkinkan tindakan yang tidak terkendali dan pelanggaran hak asasi manusia.

Namun, ada juga pendapat yang berpendapat bahwa PMC seperti Blackwater memiliki peran penting dalam mendukung operasi militer. Mereka dapat memberikan layanan yang tidak dapat dipenuhi oleh personel militer reguler, seperti perlindungan kepada diplomat dan personel sipil, pelatihan khusus, dan dukungan logistik. Beberapa juga berpendapat bahwa PMC dapat membantu mengurangi jumlah personel militer yang dikerahkan dalam konflik, sehingga mengurangi risiko bagi personel militer reguler.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline