Sabtu 5 November 2011 bertepatan dengan hari arofah setelah lama direncanakan, saya dan lima orang teman (Mas Gun, Mas Rois, Mas Eko, Zaidan dan Octa….sebagai catatan peserta touring kita ini lagi2 seperti biasanya, tidak di sertai makhluk halus atau cewek…hehe) mengunjungi goa Pindul yang berlokasi di desa Bejiharjo, Gunungkidul, Yogyakarta. Kita berempat (mas rois & Octa nyusul di belakang) berangkat lewat jalan wonosari sampai piyungan terus naik ke Patuk, sampai di bunderan yang ada tugunya kita terus lanjut ke arah kota Wonosari. Lewat kota Wonosari, di sinilah kebingungan di mulai. Mas Eko yang pernah ke Pindul sebelumnya rupanya lupa jalan, setelah nanya sana-sini tanpa kejelasan akhirnya kita berpisah, saya dan mas gun yang berboncengan memutuskan mengikuti Google Maps di HP android barunya mas Gun di bantu HP saya sendiri . Kita berjalan ke arah Karangmojo sedangkan Zaidan dan mas Eko gak tau ambil jalan apa?.
Dengan percaya diri kita terus mengikuti Gmaps sampai akhirnya ada kejanggalan saat kita lihat di maps ternyata kita semakin menjauh dari Bejiharjo dan melaju ke arah Semin!! Berhenti sejenak, mengambil nafas dan melihat ulang Gmaps, kita coba mengambil jalan kecil yang di tunjukkan olehnya, semakin masuk ke dalam jalan berubah dari aspal kasar menjadi cor blok sempit, masuk jalan2 kampung yang sempit dan berpasir, jalanan berbatu dan akhirnya masuk ke kebun yang di tengahnya ada pabrik pengolahan minyak kayu putih. Dari sini jalanan adalah kombinasi dari baru gamping dan tanah basah yang sukses membuat motor goyang pantat, slide kesana kemari. Mas Gun yang mbonceng nampak mulai cerewet saat boncengannya serasa geser kiri-kanan (mungkin teringat kejadian ndlosorr saat touring ke pantai Ngrenehan & Ngobaran jaman dahulu kala). Karena jalanan semakin aneh saja, saat ada ibu2 kita segera bertanya arah ke Bejiharjo dan goa Pindul, ibu yang baik hati dengan gamblang menerangkan lokasinya, dan ternyata tidak jauh lagi – makasih bu ! Benar ternyata, setelah masih sedikit bergoyang pantat motor di jalanan licin akhirnya kita bertemu pemandangan keren – sebuah sungai kecil dengan batuan yang unik membentang melintasi jalan yang akan kita lewati. Tidak ingin melewatkan kesempatan kita sempatkan dulu foto-foto sungai itu. Inilah beberapa fotonya : Datang sms dari Zaidan isinya : “Suwi meeeen…” (kok lama banget??), oiya kita jadi teringat kalau status kita sekarang ini adalah nyasar dan mereka ternyata sudah sampai di sekretariat goa Pindul.
Kita lanjutkan perjalanan masuk kampung dan sawah-sawah yang hijau…hey, wait a minute?? ini kan Gunungkidul, yang terkenal kering dan tandus itu kan ya?? kok banyak sawah dengan tanaman padi yang menghijau ya?? Rupanya karena adanya sumber air dari sungai bawah tanah (kalau gak salah sungai yang terhubung dengan goa Pindul itu juga) membuat irigasi di wilayah sekitarnya tercukupi. Fenomena ini mengingatkan saya ke desa Banaran di Playen Gunungkidul yang kurang lebih kondisinya sama, subur dan hijau di tengah keringnya gunungkidul (di Banaran ini terdapat air terjun Slempret atau di sebut juga Sri Gethuk). Artikel mengenai air terjun Sri Gethuk ini ada di tulisan di blog saya yang lain Sampailah kita di lokasi goa Pindul, meski sempat bingung nyari2 sekretariatnya. Di sekretariat ternyata mas Rois dan Octa yang berangkat belakangan sudah sampai juga (lama juga berarti kita nyasarnya….maafkan teman2
). Di sekretriat terdapat foto2 goa Pindul, fotonya keren2. Dan yang mengejutkan ada foto dua orang public figur yang baru menggegerkan Jogja dengan pernikahan ala Cinderalla yang di rayakan segenap lapisan masyarakat Jogja, siapa lagi kalau bukan Jeng Reni (GKR Bendara) dan Mas Ubay (KPH Yudhanegara). Menurut cerita para pemandu, mereka ke Pindul saat masih berpacaran dan seminggu setelah pawiwahan agung. Ok, cukup buat cerita mereka berdua yang sedang berbahagia, kita lanjutkan mengenai goa Pindul. Jadi untuk masuk goa Pindul kita akan di tarik biaya 25 ribu rupiah per orang. Fasilitas yang kita dapatkan adalah pemandu yang akan meng-guide kita sepanjang goa, jaket apung (life vest), sepatu karet, dan speed boat eh bukan dink, cukup pakai ban dalam mobil saja (untuk mas Gun spesial pake ban dalam traktor…just kidding).
Sebelum masuk goa kita briefing dulu, salah satunya harus jaga omongan selama dalam goa, dan hey ada tulisan JTMI FT UGM (Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM – almamater saya, mas Gun dan mas Rois) di pintu Goa saat kita berbaris mendengarkan briefing.
Satu persatu personil naik ke ban dalam bekas mobil itu, bareng kita ada juga rombongan KKN dari Sanata Dharma. Masuk ke pintu goa dan semakin dalam dengan cahaya yang mulai hilang. Sang pemandu menerangkan dengan cekatan mengenai beberapa fitur di goa Pindul. Ada stalagtit yang katanya kalau di pegang bisa bikin perkasa ???!!! Trus ada air yang menetes yang kalau di minum oleh cewek bisa bikin awet muda. Lalu ada tempat yang sangat gelap tanpa ada cahaya (walau tetep lihat cahaya blitz dari peserta lain), di tempat gelap sempurna ini pemandu akan mengajak melakukan renungan, kurang lebih kayak waktu dulu Ospek SMA di suruh merenung dalam aula yang di padamkan lampunya (tapi di dalam goa ini gelapnya bener2 gelap pekat).
Lalu perjalanan di lanjutkan dan kita menuju ke luweng (goa vertikal) atau kalau gak salah istilah kerennya ‘sinkhole’, luweng ini sudah dekat dengan ujung dari goa Pindul. Saat kelihatan luweng, para peserta mulai nyemplung ke air dan berenang (atau cuma mengambang dengan life jacket), saya sendiri tetap setia di atas ban karena mesti megangin kamera yang gak waterproof (NEX-5 saya sempat saya tambal dengan plester di beberapa bagian berlubang). Pemandangan di luweng ini menurut saya paling bagus dibanding tempat lain di dalam gua, alasannya adalah adanya cahaya matahari yang menerobos masuk lewat lubang Luweng menciptakan keindahan tersendiri. Di tempat ini pula yang paling memungkinkan memotret tanpa blitz (blitz kadang membuat warna-warna obyek menjadi tidak natural lagi). Teman2 mulai menemukan mainan baru di tempat ini, yaitu mencoba melakukan gerakan2 loncat indah yang sayangnya tidak indah, tapi untungnya bisa bikin ketawa karena gaya-nya unik-unik….hehehe Akhirnya sampai juga di ujung dari perjalanan, di depan kita sudah terbentang pintu keluar goa yang terlihat sangat mencolok dengan cahaya matahari yang menerobos masuk lubang goa. Keluar dari goa, permainan di lanjutkan dengan ‚’loncat indah dari dinding tebing kapur. Mas Rois dan Zaidan kembali dengan gaya-gaya terjun uniknya mencoba memukau penonton
. Capek bermain air, kita putuskan untuk menyudahi petualangan kita kali ini. Di dekat sekretariat sudah tersedia bakso yang merupakan paket dari wisata goa Pindul kali ini, namun karena masih berpuasa arofah saya dan beberapa teman tidak ikut menyantap sajian bakso tersebut. Goa Pindul tidak hanya menarik wisatawan lokal seperti rombongan kita dan yang lain, tetapi juga wisatawan mancanegara. Saat kita di sana terdapat juga beberapa rombongan turis bule yang terlihat menikmati pesona yang di tawarkan goa ini. Selain goa pindul di desa Bejiharjo terdapat juga goa Glatik (telusur goa gelatik tidak perlu ngambang pakai ban mobil, dan ada wanti2 untuk yang badannya oversize tidak di anjurkan karena mungkin akan nyangkut di bagian goa yang ukurannya sempit….hehe), river tubing kali Oyo juga
merupakan paket wisata lain yang di tawarkan oleh desa wisata Bejiharjo ini (nama keren desa ini adalah “Dewa Bejo” atau Desa Wisata Bejiharjo). Sayang sekali saat ini kali Oyo sudah masuk fase banjir karena curah hujan yang tinggi, jadi saat kita tanya katanya river tubing belum bisa di lakukan. Setelah bilas badan dan sholat jama’ dhuhur & azhar, dan foto2 sebentar di papan nama goa Pindul, kita kembali ke tempat saya dan mas Gun tersesat tadi untuk nyantai sejenak dan foto-foto di sana, sekaligus sempat foto untuk iklan Yamaha V-ixion (bohong banget…haha). Puas foto2, kita pulang ke rumah masing2. Mas Eko tidak ikut rombongan kita karena dia mau ke Jogja terus pulang ke Klaten, sedangkan kita ber-lima memilih pulang lewat jembatan kali Oyo yang memisahkan gunungkidul dengan bantul. Jalur kita adalah dari simpang lanud gading ke selatan habis trus ke kanan lewat jembatan kali Oyo masuk ke Dlingo, dari dlingo ambil jalan kanan kearah patuk, sesampai di perempatan terong kita turun ke Segoroyoso lewat jalan turunan yang cukup ekstrem. Dari Segoroyoso kita mampir sebentar di rumah Zaidan, setelah itu kita pulang ke rumah masing-masing.
Terima kasih buat teman-teman semua atas petualangan yang seru menjelang Idul Adha ini….see you next trip Yogyakarta, 7 Nov 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H