Entah kenapa tiba-tiba saja saya ingin nulis tentang Gerakan Pramuka berikut permasalahan-permasalahanya. Memang disadari betul bahwa saya juga bagian dari Gerakan Pramuka walau dalam tataran tingkat kecamatan, namun demikian walau tidak tahu persis segala persoalan ditingkatan yang lebih atasnya, setidaknya saya merasakan betul apa yang terjadi di Gugus Depan atas Sekolah-sekolah di Kecamatan saya, secara kebetulan beberapa Pembina Pramuka di kecamatan saya itu sering tukar pendapat dan kadang tukar pengalaman, sehingg segala macam ide, gagasan bahkan permasalahan sering saya dengar dari curhatan para Pembina ini. sebenarnya ada juga wadah untuk pembinaan para Pembina Pramuka itu yaitu dalam kegiatan Karang Pamitran atau Pertemuan Para Pembina Pramuka, namun hampir sama sekali tidak pernah ada, mungkin program prioritasnya kursus-kursus Pembina.
Bicara Gerakan Pramuka maka satu hal yang harus diketahui secara mendasar adalah tentang organisasinya, dimana Gerakan Pramuka atau bisa juga di sebut sebagai Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia merupakan organisasi pendidikan nonformal yang mengisi dan melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, yang pembentukkanya tentu saja atas dasar kesadaran dan keinginan masyarakat untuk membantu Pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional, khususnya di bidang Pendidikan.
Memang sangat luar biasa hakikat dari pendirian Gerakan Pramuka di Indonesia ini, bahkan Gerakan Pramuka juga di jadikan sebagai wadah pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga dalam pembinaan generasi muda yang menerapkan dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta juga tentunya masyarakat Indonesia itu sendiri.
Secara teori bahkan mungkin amanat Undang-Undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, memang demikian adanya bahkan di setiap kursus-kursus pun selalu disampaikan tentang Pola Pembinaan Anggota Gugus Depan dan lain sebagainya, namun demikian apapun itu organisasinya, kendala itu selalu ada, apalagi Gerakan Pramuka, masalah demi masalah selalu saja ada baik di Gugus Depan / Sekolah maupun di tingkatan Kwartir / Kepengurusan dalam Gerakan Pramuka.
Terlalu seringnya saya menampung berbagai keluhan dan masukan dari para Pembina Pramuka , Pelatih Pembina bahkan dari unsur jajaran Kwartir nya juga maka dapat di inventarisir persoalan-persoalan tersebut, diantaranya adalah :
Minat peserta didik menurun
Menurunnya tingkat partisipasi peserta didik di sekolah terhadap Ektrakulikuler Pramuka, tentunya banyak alasan dan banyak bahan untuk menjadikan kegiatan Pramuka sebagai kegiatan " Tidak Kekinian ", mungkin juga ada yang bilang Pramuka itu " Jadul " dan lain sebagainnya, namun demikian kita tidak bisa kemudian menyalahkan peserta didik atau murid-murid di sekolah kenapa tidak tertarik pada Ektrakulikuler Pramuka di Sekolahnya. Banyak hal yang harus dibenahi di sekolah tersebut agar kegiatan Kepramukaan bisa menarik minat para peserta didiknya, maka tentunya peran Pembina Pramuka harus menciptakan motivasi dan suasana latihan yang menarik, kekinian dan tidak monoton hanya berbasis Syarat Kecakapan Umum ( SKU ) atau Syarat Kecakapan Khusus ( SKK ) atau pencapaian lainnya.
Jumlah Pembina dan pelatih kurang memadai
Ini mungkin tugas Kwartir dan Pusdiklatnya dalam rangka menciptakan para Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka yang handal dan berkualitas, maka tentunya secara priodik dan berkesinambungan menyelenggarakan kursus-kursus Pembina maupun Pelatih Pembina seperti KMD, KML, KPD bahkan KPL, bahkan tidak berhenti di situ saja, banyak kursus Pembina yang diselenggarakan Pusdiklat demi menjadikan Pembina yang mumpuni bukan saja menguasai managemen pola pembinaan namun juga ketrampilan diri Pembina dalam bidang Teknik Kepramukaan (Scouting Skill), karena selama ini banyak Pembina yang mengikuti kursus Pembina hanya sebatas gugur kewajiban, implementasi ke peserta didiknya tidak pernah, sehinga sasaran menikuti kursus tersebut tidak tercapai, maka berdampak pada tingkat kemajuan peserta didik di gugus depannya yang tidak berjalan dengan baik walaupun ada pembinanya yan pernah menikuti kursus Pembina Pramuka.
Masih ada sekolah yang tidak mempunyai Nomor Gudep
Meman selama ini menjadi kendala di lapangan, ketika Gugus Depan akan berkiprah lebih mendalam atau lebih aktif lagi menyelenggarakan kegiatan Kepramukaan di pangkalannya, terkadang ada Kwartir Ranting atau Kwartir Cabang yang melakukan proses registrasi Nomer Gudep terlalu birokrasi dan bertele-tele dalam hal syarat pendirian gugus depan, sehingga banyak gudep yang sudah pesimis dulu, maka akhirnya ada kebingungan tersendiri manakal mau mengadakan kegiatan Kepramukaan sementara Nomer Gudep belum juga ada atau belum resmi dlam menyelenggarakan kegiatan bilamana belum turun nomer gudepnya.