Lihat ke Halaman Asli

Kakthir Putu Sali

Pecinta Literasi

Masih Tentang Rembulan

Diperbarui: 18 Juni 2017   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rembulan itu nampak memerah
Bukan di sesaki penuh amarah
Atau rasa egois yang menyalah
Namun di relung hatinya ada luka yang parah

Rembulan itu bersinar kelam
Bukan keacuhan yang mendalam
Atau bukan egois yang temaram
Namun diam lebih baik daripada semakin buram

Saat rembulan memerah di singgasana
Adakah sang bayu yang mendekatinya
Turut membelai perlahan dengan desiranya
Meniupkan aroma keteduhan dalam jiwanya

Ketahuilah saat mentari dalam kelam
Bak batu pualam yang diam
Menahan rasa sesak yang dalam
Maka perlahan gerimis pun menghujam

Menetes basahi bumi
Merasuk dalam pori-pori bumi
Membentuk aliran-aliran anak sungai
Menyatu dalam.muara sesaknya hati

Jika berharap ingin di genggam
Genggamlah erat dengan penuh cinta
Jika berharap tak sanggup memandang
Lepaskanlah dari pandangan secara satria

Jagalah mentari dengan cinta
Temani walau dalam sinar senja
Halau segala awan durjana
Agar selalu bersinar bersama cinta membara

Cirebon, 18 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline