Lihat ke Halaman Asli

Buku Sudah Di Cetak, Lalu Apa Lagi?

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Essai: Tentang Sebuah Buku

Sebuah buku sudah di cetak, lalu apa lagi?.

Apakah aku terlalu cepat mengambil keputusan?.  Mencetak beberapa cerpen-cerpenku dalam sebuah buku. Dengan lay out yang grafis dan judul yang cukup fenomenal.  Lalu apa lagi?.

Penerbitan main stream, apakah mereka mau menerima?. Atau kumpulan cerpenku cuma jadi sampah maya.

Lalu kuputuskan untuk bekerja sama dengn penerbitan indie. Bukankah sekarang era nya indie, jika formalitas dan kekakuan yang ada di penerbitan main stream maka kebebasan dan fleksibilitas yang dikedepankan oleh penerbit indie.

Aku bebas, boleh menggunakan jasa editor. Atau sesuka hatiku saja karena sang "penggunting" adalah aku sendiri, egoku sendiri.

Dari mulai lay out sampul, desain gambar, tata warna dan jenis huruf, aku tentukan sendiri. Beberapa naskah (lagi-lagi yang menurutku 'keren atau pantas untuk dibukukan) telah ku pilih dan ku email ke penerbitan indie itu. Beberapa kali aku harus komunikasi kan by email hingga aku benar-benar conform dengan sampul depan buku pertamaku.

Hmm, aku pikir, sampul dengan dominan warna black and white akan menjadi ciri khas buku-bukuku nanti. Subyektifitas yang menjadi dasar pilhanku karena aku hanya mengandalkan rasa dan intuisi ku saja sebagai seorang "sok" seniman.

Uang ongkos cetak dan perjanjian fee royalty sudah lebih dulu aku transfer dan tanda tangani. Karena itu sudah menjadi persyaratan awal sebagai langkah keseriusanku untuk mencetak sebuah buku.

Kini buku sudah dicetak, sebuah buku kini sudah ada ditanganku. Dari aku terus membolak-balikkan isi buku, kemudian ku baca lagi kata pengantar, lalu ku lihat sampul buku yang menurutku 'keren. Pada halaman pertama buku itu sebuah kertas putih yang hanya berisi judul kumpulan cerpenku kemudian aku tanda tangani dengan bangga. Ah, sebuah perbuatan norak yang aku lakukan sebagai penulis pemula.

Siapa yang tidak bangga?, mencetak buku adalah cita-cita tertinggi dari setiap penulis. Wow, 'keren kini aku sudah jadi penulis!.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline