Aku terus melajukan RX King ku.
Kota demi kota, mungkin sudah lebih dari seribu kota ku singgahi sejak aku pergi meninggalkan tempat keseharianku.
Berkumpul bersama orang-orang aneh. Keseharian yang kami lakukan pun kini ku anggap aneh. Berbagi cerita dalam dunia maya.
Berharap tulisan yang kubagi menjadi keriuhan di hari itu. Berharap "kehebohan" tapi tulisan ku tak pernah layak untuk mendapat gelar ter-heboh.
Benar-benar aneh. Apa yang ku dapat?. Kesenangan semu, kebahagiaan maya.
Merangkai kata-kata demi kata dalam sekumpulan orang-orang aneh. Bagaimana mungkin aku bisa menulis sebuah puisi jika satu tetes air mata pun tak pernah tumpah dari mataku?. Bagaimana tidak aneh jika kami sekumpulan orang yang tak saling kenal bisa saling menumpahkan rasa, menyulam kata, menjadi kain kalimat?.
Hmm, aneh?. Aku adalah seorang lelaki yang tak kenal lelah mencari "hidup". Pantang berkeluh, malu berkesah. Apalagi sampai menulis puisi mendayu-dayu, Tak mungkin itu aku!.
Malu aku mengakui bahwa dulu aku begitu intim dengan orang-orang aneh itu. Sehari saja aku tidak berbagi cerita seolah hari itu terasa ada yang kurang. Berjam-jam di depan layar monitor, mengetik huruf demi huruf merupakan sebuah ke asyikan ku dulu. Menulis fiksi, ya hanya fiksi!. Sekali lagi aku katakan itu hanya fiksi, telah membuatku terpuruk. Siang malam kugeluti. Penat letih kuakrabi. Aku dulu memang aneh, berkumpul bersama sekumpulan orang-orang aneh di Kompasiana.
Begitu membuat kami begitu kenal dan akrab walau hanya di dunia maya. Hmm, benar-benar aneh mereka itu. Hai penulis fiksiana kalian itu memang orang-orang aneh!. Sekumpulan orang-orang yang ku anggap aneh sekarang. Karena menulis fiksi sekarang adalah hal yang asing bagiku.
Aku dan RX King 2 tak ku kini. Dengan suaranya yang seperti petir di siang bolong siap membelah kota. Berkelahi sesama geng motor adalah hal biasa untuk membuktikan siapa yang lebih eksis. Puas?. Aku tidak tahu apa ukuran puas atau parameter-parameter yang bisa digunakan untuk menyatakan bahwa pada batasan itu manusia telah puas, bahkan terpuasi. Berkelahi sesama geng motor atau sesama teman di dalam geng motor, apakah aku yakin dengan sesuatu yang kukejar walau sering kali nyawa menjadi taruhannya?.
Bermain bilyard di tiap kota yang kami singgahi, merayakan kedatangan kami dengan berbotol-botol bir, hingga rusuh. Kami puas telah memporak porandakan tiap kota yang kami singgahi. Biang Kerok, pas banget dengan nama geng motor kami. Kami lah Biang Kerok yang telah menjarah pom bensin, merampok mini-mini market, menggoda wanita-wanita kampung yang kami lewati. Kami puas berhedonisasi.