Lihat ke Halaman Asli

Everything’s Relative?

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Everithing’s relative”, demikian mantra dari seorang aktivis posmo bernama Michael Fackerell yang seakan telah membuktikkan keampuhannya saat ini. Apapun itu. Termasuk semua klaim yang berhubungan dengan nilai, kepercayaan, cara hidup, dan kebenaran adalah RELATIF. Apa yang mungkin “benar bagi Anda” tidak berarti “benar bagi yang lainnya.”

Apakah relativisme sama dengan skeptisisme. Hampir menyerupai, karena keduanya meragukan gagasan kebenaran absolut. Namun, skeptisisme bergerak untuk meragukan semua gagasan kebenaran, relativis hanya ingin mengganti kebenaran absolut dengan teori kebenaran relatif. Untuk relativis, tidak ada kebenaran absolut dari keyakinan pribadi atau budaya, sehingga bagi relativis ada banyak kebenaran di dunia ini.

Hal ini berarti apapun yang ada di dunia ini tergantung pada persepsi yang melihatnya. Semua orang akan melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Setiap orang akan memiliki perbedaan pendapat atau pandangan terkait dengan seseorang, sesuatu, dll. Semuanya diukur dari segi persepsi individu pengamatnya. Tidak ada yang benar-benar mutlak benar atau yang benar-benar mutlak salah.

Bagi seseorang, rumah baru di seberang kantor mereka memiliki penampilan yang anggun dan megah, bagi yang lainnya, rumah tersebut adalah rumah yang jelek tapi megah. Maka, semuanya relatif, bukan?Anda pikir Anda itu miskin?Cobalah sejenak melihat gelandanganyang tidur di kolong jembatan beralaskan tikar lusuh, Anda akan berpikir bahwa Anda adalah orang kaya.

Ketika Anda menerapkan metode Socrates, yaitu berupa pengajuan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: "Apa itu kecantikan?", "Apa itukejahatan?", "Apa itu cinta?", dll, Anda menemukan bahwa tidak ada satu jawaban yang pasti. Hal ini karena pola pikir setiap orang dan juga lingkungan budayanya akan sangat berpengaruh terhadap jawaban yang diinginkan. Perempuan bertubuh ‘chubby’di Afrika adalah cantik, tidak begitudengan di Eropa, cantik adalah langsing, setidaknyabegitu ... untuk saat ini.

Umumnya semua kata sifat yang ada di kamus itu bersifat relatif. Contoh: cinta-benci, cantik-jelek, baik-buruk, mahal-murah, jauh-dekat, gembira-sedih, tawa-tangis, mati-hidup, manis-asin-pedas, dll.

Ketika seorang laki-laki mengatakan “aku cinta padamu” pada seorang perempuan, itu bisa memiliki beragam makan, 1. Bisa bermakna ‘aku menginginkan seks darimu’, 2. Bisa bermakna ‘aku ingin segera menikahimu’, 3. Bisa pula bermakna ‘aku tak mencintaimu’. Sebagai kata sifat, cinta memang relative. Ada yang menerjemahkan cinta sebagai pengorbanan, sehingga apapun yang dimiliki, termasuk nyawa sekalipun harus siap dikorbankan untuk yang dicintainya. Adapula yang memaknainya hanya seputar seks.

Tapi, ini boleh dikata premis bunuh diri. Karena, ketika kita mengatakan ‘semuanya adalah relative’ maka slogan tersebut adalah relative pula, bukan sebuah kebenaran absolute. Nah, membingungkan bukan?

Ok deh, selamat bingung!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline