Lihat ke Halaman Asli

Kuswanda

Pekerja Buku

Tiket Parkir Hilang, Uang Makan Melayang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah pengalaman sekaligus pelajaran berharga saya dapatkan di area parkir Bandung Electronic Center (BEC) siang tadi. Kelalaian menyimpan tiket parkir membuat saya harus sedikit bersitegang dengan petugas parkir. Udara sejuk selepas turun hujan mendadak terasa panas. Apalagi saat beberapa petugas parkir mengerubungi seolah siap menghakimi ditengah tatapan beberapa pengendara motor lain yang hendak keluar.

Cerita berawal saat saya melewati BEC hendak menuju Gramedia Merdeka. Teringat dengan tinta printer di rumah telah habis, saya pun membelokkan sepeda motor ke pusat elektronik terbesar di Bandung tersebut. Di area parkir saat itu sangat penuh. Setelah bersusah payah saya mendapatkan tempat parkir dibagian tengah. Itu pun setelah saya sendiri menggeserkan motor lain di kiri-kanan. Titik-titik hujan mulai terasa menyentuh wajah dan tangan. Takut keburu turun hujan dengan tergesa-gesa saya mengunci motor.

Setelah menitipkan helm, saya langsung menuju lantai 2 BEC hendak membeli tinta printer di toko langganan. Saya sebenarnya berharap hujan tidak turun dulu, karena keperluan saya cuma membeli tinta printer yang tidak memerlukan waktu lama. Setelah itu rencananya mau ke Gramedia Merdeka yang letaknya tepat di seberang BEC. Namun apa mau dikata, saat hendak keluar BEC hujan turun dengan deras.

Terpaksa saya menunggu hujan reda dengan berkeliling di BEC. Melihat model-model terbaru handphone, komputer, kamera digital, dan barang elektronik lainnya. Tanpa terasa, satu setengah jam sudah saya berkeliling mal. Saat menengok keluar, hujan kelihatan sudah mulai reda. Saya pun turun menuju tempat parkir.

Saya sangat terkejut ketika menyadari tiket parkir saya tidak ada disaku celana dan baju. Penasaran saya terus merogoh semua saku celana dan baju berkali-kali, namun tiket parkir tak ditemukan. Entah terjatuh dimana? Sayapun menyerah, dan langsung menuju pintu keluar parkir.

"Maaf mba! tiket parkir saya sepertinya hilang...bagaimana ya?" saya berkata kepada petugas yang meminta tiket parkir.
"Ohhh....boleh lihat STNK dan KTP-nya saja, Pak!"
Saya pun menyerahkan STNK dan KTP.
"Kena biaya administrasi Rp 11.000,- pak!" kata si petugas perempuan itu.
"Sebelas ribu, ya? Emang aturannya seperti itu ya.....kalau kehilangan tiket?" tanya saya.

Sungguh, dengan bertanya itu saya tidak bermaksud menyanggah ataupun keberatan dengan uang Rp 11.000 yang diminta. Hanya lontaran sekedarnya karena tidak ada lagi yang mesti saya katakan. Namun sikap petugas itu kemudian membuat saya emosi.

"Bapak, baca sendiri di sana.....!" kata si petugas dengan ketus dan mengarahkan mukanya ke arah pintu masuk parkir. Sikap dan kata-kata petugas parkir yang menurut saya kurang sopan menaikan darah saya ke ubun-ubun. Kalau saja petugas itu laki-laki mungkin sudah saya lawan.

"Kalau bapak ga mau bayar, bapak ga bisa keluar" tiba-tiba seorang petugas laki-laki sudah ada dibelakang saya dengan wajah tidak bersahabat.

"Siapa yang ga mau bayar? Saya cuma nanya apa memang ada aturannya seperti itu....."suara saya mulai meninggi.

"Pak...pak...cepetan pa? Itu dibelakang sudah antri pada mau keluar" seorang security mendekat dengan wajah tak bersahabat pula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline