Sebenarnya ini bukan kisah horor, karena aku sebagai pelaku tidak merasakan kehororan saat menjalaninya. Tapi barangkali lebih ke kisah menarik.
Saat itu, aku baru berkenalan kurang lebih seminggu dengan seseorang yang kemudian menjadi kekasih dan saat ini menjadi suamiku. Saat perkenalan itu, kami sudah saling cocok dan setuju untuk membina hubungan yang serius. Oleh karenanya, aku ingin memperkenalkan keluargaku yang tinggalnya di lereng lawu. Aku memperkenalkan lewat foto album, karena saat itu aku tinggal di kota Bandung.
Entah bagaimana ceritanya, saat aku menunjukkan foto ibuku, calon suamiku waktu itu langsung mengernyit. Aku tak tau maksud kernyitannya, baru satu bulan kemudian aku tau apa maksudnya.
Calon suamiku tidak memberiku informasi yang jelas, karena katanya 'pamali' tapi kemudian aku baru tahu bahwa, seseorang yang akan meninggal bisa diketahui kurang lebih empat puluh hari sebelum kematiannya. Dalam masa-masa itu aku hanya harap-harap cemas, karena meminta kepastian berita kepada calon suamiku adalah mustahil. Tidak mungkin dia akan mengatakan bahwa 'ibumu sebentar lagi akan meninggal'. Dia hanya memintaku menelpon kakak-kakakku agar sebisa mungkin pulang menjenguk ibuku dalam kurun waktu sebulan itu.
Bahkan, aku sendiri selama hampir sebulan setelah diberitahu dengan tanda-tanda tersebut tidak bisa pulang karena ada mata kuliah yang tidak bisa aku tinggalkan. Di semester yang laku nilaiku D, dan aku harus bersungguh-sungguh dalam ujian kali ini. Entah sebuah anugerah atau bukan, ujian yang biasanya dilaksanakan paling akhir tiba-tiba bisa pindah maju seminggu pas minggu tenang, sehingga aku bisa pulang lebih cepat.
Hari itu hari selasa, aku dan kedua kakakku sudah pulang. Kebetulan ibuku hari lahirnya hari rabu, malem rabu itu ibu minta dimandiin oleh kami bertiga. Dan alhamdulillah kami sempat memandikanya. Hari rabu malam kami bikinkam tumpeng buat ibu karena hari itu hari wetonnya. Bagi orang Jawa weton itu seperti hari lahir hanya diperingati setiap 35 hari sekali.
Dari jauh, aku dipesan agar melek menjaga ibu dari jam 12 hingga subuh. Waktu itu kedua kakakkupun ikut melek namun entah kenapa mereka tertidur saat antara pukul 2 - 3 pagi. Hanya aku sendiri yang melek terjaga di samping ibu.
Pada saat itulah, entah bagaimana caranya, lewat mata yang mana aku melihat sesosok laki-laki memakai baju hitam (seperti tuxedo) berdiri di depan pintu kamar ibuku. Dia memegang payung, di sampingnya ada kursi roda ibuku. Padahal kursi roda ibuku disimpan di rumah sebelah. Aku tidak takut, hanya lebih waspada mengamati, karena hawa yang dibawa memang bukan menakutkan. Yang aku tau laki-laki itu kembar dua dan ganteng sekali wajahnya. Aku tidak tahu kembarannya itu ada dimana hanya tiba-tiba aku melihat salah satu laki-laki itu sudah ada di dalam kamar, dengan spontan aku bertanya, 'siapa kamu? Mau apa datang ke ibuku?'. Aku mendengar jawaban, 'aku akan merawat ibumu'. Jawaban logis yang membuatku lengah. Ah, dia akan merawat ibuku. Oke aku ijinkan. Kemudian entah pergi kemana mereka menghilang.
Sehari setelahnya, jadwal ibuku dibawa ke rumah sakit, waktu itu tiba-tiba hujan jadi aku meminta ke rumah sakitnya nanti saja setelah hujan reda. Dan tak berapa lama, nafas ibuku sudah tersengal. Kami panik, takut kenapa-kenapa, langsung kami minta mobil tetangga untuk mengantarkan ibu ke rumah sakit. Dan baru kusadari sekarang, ibuku meninggal saat duduk di kursi roda sebelum diangkut ke mobil, dan beliau ingin disemayamkan dan dimandikan di rumah sebelah.
Saat ini, jika kupikir-pikir baru kali itu aku melihat dengan mata yang mana penampakan yang cukup masuk akal. Dan sampai kini aku tidak tahu siapa dua laki-laki kembar yang ganteng sekali itu.
Walaupun bukan horor anggaplah horor ya hehehehe. Sedang mood menulis.