Lihat ke Halaman Asli

Eni Kus

wiraswasta

Natal dan Tantangan Toleransi

Diperbarui: 16 Desember 2023   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bbc indonesia

Masuk bulan Desember, banyak sekali orang sinis terhadap satu ormas yang selalu setia untuk melindungi umat Kristiani dalam menjalankan perayaan agama. Sinisme itu seringkali berbunyi bahwa ada pihak dalam umat Islam yang gembira jika Natal tiba, terutama karena timbal balik menjaga gereja saat Natal itu sangat besar

Ormas yang selalu jadi gunjingan (padahal berbuat mulia) adalah Barisan Serbaguna Nahdatul Ulama (Banser NU) yang secara nasional memang secara konsisten menjaga umat Kristen dalam menjalankan perayaan Natal. Hubungan yang terjalin dari Banser adalah dalam konteks keamanan sekaligus toleransi dan seharusnya tidak dilihat dengan uang.

Ungkapan sinis sebenarnya tidak pada tempatnya. Karena toh apa yang dilakukan oleh Banser NU itu adalah sesuatu yang tidak melanggar Aqidah agama Islam. Untuk menjaga gereja dan umat Kristiani , seorang Banser tidak perlu mengubah pandangannya terhadap agamanya sendiri. Juga mungkin tidak perlu melanggar apapun dalam agamanya. Apa yang mereka lakukan sepenuhnya adalah melindungi sesama yang sedang menjalankan hak asasinya dalam beribadah.

Banser awalnya adalah bagian dari Ansor yang dalam perjalanan organisasinya berkegiatan mirip kepanduan/ pramuka, seperti baris berbaris, prosedur menangani kecelakaan dan penyelamatan lainnya. Hal itu yang kemudian berkembang sampai saat ini antara lain dengan melindungi umaty Kristiani saat perayaan Natal.

Membangun narasi saling menjaga dan melindungi antar umat beragama amat penting pada masa sekarang terutama saat isu agama merupakan isu sensitive. Tidak hanya narasi saling menjaga dan saling melindungi yang penting saat ini, namun aksi melindungi umat yang berbeda juga harus dilakukan oleh banyak orang.

Karena jika sinis sama artinya kita menyetujui gerakan-gerakan yang mendewakan intoleransi seperti beberapa bis akita tahu juga berkembang di Indonesia. Mereka tumbuh secara diam-diam di sekolah-sekolah dasar, menengah , tinggi dan ekstra kurikuler. Di mana juga Gus Dur, sang bapak pluralisme juga sudah mengingatkan para radikalis ini untuk tidak merusak pakem Indonesia yang beraneka ragam.

Kita tentu sepakat dengan Gus Dur. Kita harus selalu memelihara toleransi dan berusaha untuk saling melindungi umat beragama demi kebaikan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline