Lihat ke Halaman Asli

Kusno Haryanto

Apoteker yang Merdeka

Magister Bisnis Farmasi, Solusi Awal Apoteker untuk Menjadi Kaya

Diperbarui: 1 September 2016   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Akhirnya diputuskan  untuk memilih belajar di jurusan bisnis farmasi lah  yang  menjadi pilihan penulis untuk mengambil gelar di program Magister Ilmu Kefarmasian  Universitas Pancasila. Penulis menimbang  inilah  sebenarnya pilihan  yang paling  realistis  bagi  penulis dan kawan – kawan yang berprofesi sebagai Apoteker ketika berencana untuk melanjutkan kehidupannya.

Penulis menyebut “berencana untuk melanjutkan  kehidupannya”  didasarkan kepada ditemukannya berbagai surat keputusan organisasi profesi Apoteker dibanyak daerah yang  sewenang – wenang  seperti  mengemis untuk menjadikan upah jasa profesinya  menjadi manusiawi menurut ukuran perutnya sendiri.

Menjadi kaya dengan menggeluti profesi sebagai Apoteker adalah hal yang mustahil untuk saat ini. Ini tercermin dari banyaknya  ketua – ketua organisasi profesi Apoteker yang dalam dua  tahun ini gemar mengeluarkan surat keputusan tentang besaran gaji  ( yang  selalu  mereka ubah dengan istilah upah jasa profesi ) didaerahnya masing – masing.

Para ketua – ketua ini mungkin baru saja menyadari betapa minimnya besaran   pendapatan dari seorang Apoteker yang bekerja di Apotek sehingga tidak bisa menjadikan seorang Apoteker menjadi orang yang terlihat mampu membeli ini dan itu dengan  mudah dikehidupannya, sehingga dengan keterkejutannya  itu lalu ketua – ketua ini dengan serabutan  membuat surat keputusan yang berisi tentang nilai upah  jasa profesi yang sesungguhnya hanya menjadi bahan tertawaan banyak orang.

Disebuah Universitas swasta di Jakarta yang terbilang cukup bonafid yang menyelengarakan program Magister Ilmu Kefarmasian yakni Universitas Pancasila, terdapat empat konsentrasi yang bisa dijadikan pilihan bagi mereka – meraka terutama Apoteker untuk belajar dan kemudian mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan mereka setelah lulus nanti.

Ke empat konsentrasi  itu adalah konsentrasi farmasi rumah sakit, konsentrasi pengembangan  bahan obat bahan alam, konsentrasi  pengembangan kosmetika bahan alam dan konsentrasi bisnis farmasi. Dari ke empat konsentrasi itu ternyata konsentrasi bisnis farmasilah yang paling banyak peminatnya.

Saat penulis iseng – iseng bertanya sambil membuang waktu kepada mereka yang memilih konsentrasi bisnis farmasi dapat penulis simpulkan bahwa mereka yang  hampir semuanya  berprofesi Apoteker  ini akhirnya memilih Magister Bisnis Farmasi dikarenakan mereka menyadari bahwa hidup dengan  berpenghasilan sebagai Apoteker masih jauh dari layak, mereka ingin keluar dari zona aman yang sesungguhnya tidak  mengenakan untuk beralih menjadi wiraswastawan (kata lain dari  pengusaha)  dibidang farmasi.

Menurut sebagaian dari mereka dengan  bergelar Apoteker  dan memiliki pengalaman kerja sebagai Apoteker mereka merasa lebih mampu  dan yakin untuk membangun dan menciptakan  usaha sendiri dibisnis farmasi yang tentunya keuntungan dari bisnis itu dapat lebih besar dari penghasilan mereka selama ini.

Konsentrasi farmasi rumah sakit pada pilihan ini memiliki  tujuan program pengembangan keahlian  farmasi  klinik dan manajemen farmasi rumah sakit yang dapat bekerjasama dengan komunitas pelayanan kesehatan, dengan  sasaran  program  untuk  menghasilkan magister farmasi khususnya farmasi rumah sakit yang dapat bekerjasama dengan perawatan pasien dan pelayanan kesehatan.

Konsentrasi ini menurut penulis hanya menghasilkan “ new job seekers “ saja, dimana lulusannya tidak ciptakan sebagai pengusaha atau wiraswastawan. Konsentrasi pengembangan bahan obat bahan alam yang memiliki tujuan program pengembalian kemampuan industri farmasi yang memanfaatkan bahan baku alam Indnesia dengan sasaran program untuk menghasilkan magister farmasi yang secara ilmiah dan  profesional mampu mengembangkan pemanfaatan bahan baku alam Indonesia untuk obat – obatan.

Konsentrasi inipun menurut pendapat penulis hanya menghasilkan  pencari – pencari kerja baru, sebab betapa mahalnya biaya riset untuk menemukan sebuah obat yang mumpuni yang berasal dari bahan alam Indonesia dan ini tidak mungkin dikerjakan  dengan  modal  sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline