Lihat ke Halaman Asli

Jangan Ada Benci

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika kebencian mengaburkan nurani, setitik benar pada orang lain seakan menjadi abstrak. Nurani benci yang kabur kubur hasrat sosial. Ego menjadi penuntun arah manusia. Tanya ini: Mengapa kebencian yang mendalam pada "sang pemenang" telah membakar nurani yang putih? Apalah artinya kita mengaku makhluk beragama, kalau tak mampu kalahkan setan benci yang membuncah dalam diri? Apa karena ini soal prinsip mendasar yang keliru bahwa saya ada untuk menang saja?

Rangkaian kata di atas saya goreskan sebagai ungkapan kegalauan membaca laku dan pikir beberapa manusia yang masih "dendam dan benci" akan keterpilihan Presiden Jokowi. Dalam beberapa status FB dan juga berbagai tanggapan dalam media, jelas terlihat dan terbaca bahwa akibat Jokowi menjadi presiden, muncullah dosa baru yaitu dosa kebencian. Benci segala yang berbau Jokowi, segala gerak-gerik Bapak Presiden siap dijadikan sumber kebencian dengan aneka hujatan. Di mata para "Jokowi haters", keberadaan Jokowi adalah salah.

Aneh memang kalau kebencian yang dasyat akibat pilihan yang kalah mengakar kuat dalam diri kita. Kenapa harus sebegitu bencinya diri kita kalau toh hidup ini harus kita hidupi sendiri? Apa untungnya tulis status yang menjelek-jelekkan "Jokowi" trus kita ngakunya bergama?(Orang bergama koq hobinya dendam dan benci...). Mari saudara...walau sakit tuh disini...kita coba lihat sisi positif dari orang lain...ngga ada ruginya berpikir positif tentang orang yang dibenci untuk menjaga keharmonisan hati....Jangan ada benci...salam kompasiana...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline