Lihat ke Halaman Asli

Saat Ahmad Zaini Dahlan dan Mr. Hempher Bicara Wahabi

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1374054526443680499

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم

[caption id="attachment_255268" align="aligncenter" width="629" caption="Ramadhon Bersama Papua (arsip desain pribadi)"][/caption] Pada artikel ini, saya mencoba berikan catatan-catatan terhadap 2 sosok ini yang gemar memojokkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab: 1. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Sebenarnya orang yang menulis artikel konten Wahabi dengan rujukan buku Ahmad Zaini Dahlam, mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, padahal orang ini sangat familiar menyebarkan kebohongan. Silahkan rujuk pada buku karangan Mas’ud an-Nadawi. Kebohongan ini bagaikan pengingkaran matahari di siang bolong. Masalahnya ada sebagian oknum yang tidak mau bersikap lebih kritis terhadap rawi-rawi. Karena itulah, saya kira orang-orang "ini" harus lebih banyak membaca buku-buku primer dan shohih. Saya kasih contoh, buku yang dikarangkan ahmad Zaini Dahlan, Fitnatul Wahabiyah, sebenarnya tidak seperti ini judulnya, tapi Fitnah al-Wahabiyyah, buku ini kemudian mendapat catatan oleh Syaikh Masyhur Hasan, beliau berkata,

“Dalam kitab ini, penulisnya membicarakan apa yang tidak dia ketahui dan banyak menukil kabar burung. Si fulan bilang begini, si fulan bilang begini… Namun, kalau kedengkian dan kebutaan telah menyopir, maka masalahnya menjadi lain.” (Kutub Hadzaro Minha Ulama, 1/251)

Saya kasih contoh, Ahmad Zaini Dahlan menulis,

‘Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M)’,

Ini sumbernya dari mana? Inilah susahnya kalau sembarang menukil. Sementara kutipan tepat 1115 H/1703 M, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ghannam 1/30, Ibnu Bisyr 1/38. Mungkin ada yang mengatakan,

“Inikan persoalan tanggal saja!”

Al-Khotib al-Baghdadi mengatakan,

“Termasuk indikasi untuk mengetahui kedustaan riwayat seorang rawi adalah dengan mengetahui tanggal kematian dan kelahirannya.”

2. Terkait Hemper, Wahai orang yang mengaku Islam, kalau Anda masih Islam, mengapa mengambil atau menukil dari riwayat mereka (baca orang kafir: Hempher, Inggris)? Dimana barometer akurasi data Anda? Umat Islam sepakat dalam ilmu periwayatan tidak mengenal rawi kafir. Khatib al Baghdadi mengatakan

“Seorang yang menyampaikan suatu riwayat di saat meriwayatkan dia harus seorang muslim.”

Jadi, sudah jelas sekali, untuk apa menilik term Hempher ini? Dalam sejarah, Hemper tidak ditemukan profilnya, baik di buku sejarawan muslim seperti Raudathul Afkar, Unwan Majd fi Tarik Nejed, maupun sejarawan orientalis dari bukunya, seperti Travels Through Arabs, Notes The Bedouins, dsb. Jadi saya kira, tulisan ini kurang literatif. Dan ada baiknya, kita lebih bijak dalam menyikapi “sejarah”, jangan sampai karena nuansa tendensius, Anda menklaim kiri-kanan. Penutup Mengapa banyak dari kalangan “tendensius” membenci Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -rohimahulloh-? Ada apa sebenarnya di balik semua ini? Bukankah tidak apik kiranya membenci seseorang yang punya andil besar dalam Islam ini? Teringat kita dengan tuturan Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rohimahulloh-, beliau berkata,

“Orang-orang yang memusuhi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -rohimahulloh- ada 2 golonga: Golongan yang berada di kubang kesyirikan. Mereka memusuhi syaikh karena ingin kembali ke dalam kesyirikan mereka, sebab syaikh menyerukan tauhid sedangkan mereka orang-orang yang gandrung dengan kesyirikan. Orang-orang yang jahil yang tertipu oleh juru dakwah kebatilan, orang-orang jahil tersebut hanya taklid buta kepada orang jahil pula atau orang yang dengki.” (Majmu Fatawa, 9/234)

Allohu akbar, sungguh sangat dikasihati orang yang membenci napak tilas beliau karena kekerdilan iman dan syubhat yang masih bercokol di hati mereka. Sesungguhnya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -rohimahulloh- adalah sosok yang berdakwah dengan ilmu, mengerahkan segala upaya yang disyariatkan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala. Beliau kadang tulis-menulis surat dalam berdakwah, dengan menulis buku, dan semisalnya. Dengan hal ini semua, tentunya -insya Alloh- menjadi pahala tersendiri bagi beliau rohimahulloh.

Bagaimana dengan orang yang mencerca beliau, menghina beliau? Bahkan memberikan klaim wahhabi?

Salah seorang facebooker, Jaya Indrarukmana menulis,

“Bila anda dicela, dihina, dan direndahkan oleh orang lain maka jangan terlalu bersedih. Sesungguhnya pencelamu sedang berbuat baik kepadamu dari dua sisi :▸Pertama : ia sedang menghadiahkan kebaikannya kepadamu▸ Kedua : dgn sebab celaannya Allah menghapus dosa-dosamu. Seorang salaf berkata : Kalau aku boleh berghibah maka kedua orangtuakulah yg paling berhak untuk aku ghibahi, karena mereka berdualah yg paling berhak untuk kuserahkan kebaikanku. Karenanya kaum syiah yg selalu mencela para sahabat sesungguhnya menguntungkan para sahabat, Allah menghendaki kebaikan terus mengalir kpd para sahabat meskipun mereka dalam liang lahad.. Demikian juga halnya dengan Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang senantiasa dicela dan dituduh dengan tuduhan dusta hingga saat ini, semoga pahala terus mengalir kepada mereka…aamiiin”

Wallohu a’lam. Semoga Alloh menjaga kita semua dari fitnah-fitnah…[]



--Tanwirussunnah, 11 Romadhon 1434 H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline