Lihat ke Halaman Asli

Menulis di Tengah Keterbatasan

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم

Menulis merupakan amalan yang kadang mendapatkan rintangan yang berat. Nah, penulis yang ulung adalah menaggapinya biasa-biasa saja. Dan melewatinya dengan stamina yang luar biasa. Lihatlah para pelaut yang melewati ombak begitu tinggi dan deras! Mereka seperti menantang ombak deras itu, dan barangsiapa yang bisa melewatinya dengan mantap, itulah pelaut yang ulung!

Untuk itu, dalam dunia aksara ini, akan hadir pula penulis-penulis ulung! Siapakah itu? Itulah penulis yang bisa melewati tantangan-tantangan besar. Secara ringkas, mereka menulis di tengah keterbatasan kemampuan, keterbatasan fasilitas untuk menulis, keterbatasan ide namun tetap kreatif.

Menulis membutuhkan orang-0rang yang bisa memainkan peran-peran berat namun praktis menyelesaikannya. Lihatlah beberapa penulis seperti ulama, mereka menulis di saat berada dalam penjara dengan menggunakan pena saja, siapa orangnya? Itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Ada pula menulis di saat berada dalam terowongan yang gelap, karena di luar terlalu banyak kesibukan. Subhanalloh.

Penulis yang hebat, tetap menulis meskipun tak ada laptop, tak punya komputer, tak ada android, tak ada BB, tetapi semua ada solusi kreatifnya. Inilah contoh beberapa tulisan orang yang menulis di tengah keterbatasan:

Luar Negeri

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badar hafizhahullah

Asy-Syaikh Ahmad bin Ali An-Najmi rahimahullah

Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline