#DIARY BU GURU 2
Menjadi guru tidak mudah, sulit dan penuh tantangan. Selalu di tuntut untuk sabar dan ikhlas dengan tugas yang diampu. Menggunakan perasaan tapi harus profesional.
Di tengah pandemi yang melanda dunia tak tertinggal Indonesia yang juga terdampak virus yang disebut virus Covid 19. Karena semua kegiatan sosial dan perkumpulan masyarakat dibatasi, maka salah satu cara agar tetap bisa melakukan KBM ya melalui pembelajaran online. Sejak pembelajaran online yang disebut daring wajib dilaksanakan maka sayapun harus ikut melaksanakannya.
Pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 saya menggunakan aplikasi WhatsApp dengan membuat grup kelas. Karena pembelajaran online belum diwajibkan untuk dilaksanakan makanya kegiatan ini tidak terjadwal. Sehingga saya kadang kelupaan kalau belum menyapa siswa dan memberikan penugasan online. Bahkan pernah saya buka grup mapel di wa pada pukul 8.30, setelah anak-anak ku tertidur pulas. Bukan berdalih atau mencari alasan namun waktu itu terasa mencekam
Sebenarnya cita-citaku bukan guru. Namun aku mendapat tawaran mengajar saat masih kuliah. Ketika itulah aku merasa punya jiwa mengabdi sebagai pendidik hingga sekarang. Suka duka pengabdian itu sudah aku rasakan selama 12 tahun. Berbagai kebijakan pernah kunikmati. Dari kebijakan yang menguntungkan hingga kebijakan yang memaksaku berprihatin.
Sebagaimana kata mutiara saya juga berprinsip"kebahagiaan itu terletak pada rasa syukur". Seberapa nikmatnya Allah SWT tak kan terasa nikmat apabila tidak dibarengi rasa syukur. Begitupun kita dengan status yang kita sandang.
Setelah tau cara membuat kelas d geogle atau yang biasa disebut geogleclass akhirnya sayapun membuatnya dan menganjurkan siswa untuk bergabung di geogleclass mapel PKn yang saya buat itu.
Pada awalnya antusia siswa begitu besar. Bahkan mereka ada yang chat pribadi menanyakan tugas yang belum dikirim di geogleclass itu. Rata tiap kelas 2sampai 3 anak saja yang tidak mengerjakan tugas. Tapi seiring berjalannya waktu semangat siswa makin menurun.
Tidak saya pungkiri secara pribadi saya sendiri juga merasa kurang puas dengan pembelajaran online karena ini sulit untuk memberikan penjelasan. Kalau kita menggunakan Vidio untuk menjelaskan bisa jadi memberatkan kuota data siswa. Hal terburuk adalah siswa enggan mendownload apalagi membukanya. Itu menjadi kendala tersendiri.
Suatu kasus terjadi dalam pembelajaran online jarak jauh, situasi di rumah dan situasi di sekolah berbeda. Keadaan di rumah tergantung keluarga dan lingkungan rumah.
Jika anggota keluarga banyak maka konsentrasi bisa terganggu. Apabila ada faktor kesulitan ekonomi atau ada anggota keluarga yang membutuhkan bantuan siswa, misal ibu sedang sibuk sehingga meminta siswa untuk mengawasi adiknya yang masih kecil. Atau rumahnya juga merupakan warung dan banyak pengunjung membuat siswa itu pecah konsentrasinya.