Lihat ke Halaman Asli

Kadiman Kusmayanto

TERVERIFIKASI

Alam Juga Menjadi Pedang Bermata Dua

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

In many affairs it’s a healthy thing now and then to hang a question mark on the things you have long taken for granted.” Bertrand Russell

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diberi banyak keistimewaan juga mencoba meniru sifat Tuhan Sang Maha Pencipta yaitu sebagai The Creator walau maksimum hanya bisa sampai pada level The Second Creator. Teknologi adalah karya atau ciptaan manusia. Dari berbagai kajian saling kait dan saling pengaruh teknologi dengan manusia disimpulkan bahwa ciptaan manusia itu senantiasa bersifat dialektik atau dalam istilah keseharian dikenal dengan pepatah pedang bermata dua -- dapat digunakan melumpuhkan dan mematikan musuh namun juga berpotensi memperdaya pengguna pedang tersebut. Contohnya adalah potensi dahsyat atom dari beberapa material nuklir seperti uranium, diperlukan untuk menghasilkan energi namun juga dipakai sebagai senjata pemusnah masal seperti yang menjadi pengalaman traumatis umat manusia -- Bom atom Nagasaki dan Hiroshima. Tak ada yang menentang pendapat bahwa ciptaan Tuhan itu semuanya sempurna. Begitu juga dengan alam. Namun mengapa kemudian ciptaan sempurna itu bisa berdampak negatif? Ini terjadi karena adanya fenomena human-centric yaitu semuanya diukur dari plus dan minusnya kacamata manusia. Gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan, puting beliung dan berbagai kejadian alam kita pandang sebagai bencana. Kita lupa bahwa kejadian-kejadian alam itu yang memberi manfaat bagi kehidupan kita seperti suburnya tanah, tersedianya bahan tambang dan bahan baku energi. Ada juga keberuntungan yang diberikan alam membuat manusia lupa diri (arrogant) dan bisa juga menjadi cerdik dan bijak. Mari kita simak dua cerita rekaan dibawah ini.

Swiss membangun Armada Angkatan Laut Konon dalam sebuah pertemuan para Menteri Luar Negeri (Menlu) se-dunia beredar isu bahwa dalam pertemuan prestisius tersebut Menlu Swiss akan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan lobi ke para Menlu lain agar mendukung rencana besar Swiss membangun armada angkatan laut. Juga akan secara formal dalam pidato mewakili pemerintahnya menyampaikan keputusan politik yang strategis itu. Isu ini menjadi buah-bibir para Menlu negara-negara lain khususnya negara-negara yang betul-betul memliki pulau, pantai dan laut sebagai bagian integral dari wilayah negaranya. Kita tahu Swiss adalah salah satu dari sedikit negara didunia yang sepenuhnya berada didarat alias tidak ada akses apalagi memiliki pantai dan laut. Beberapa Menlu kemudian berkumpul dan bersepakat untuk mengajukan keberatan dan protes akan rencana strategis Swiss membangun armada angkatan laut. Ini kesempatan emas untuk balas dendam pada Swiss bagi beberapa negara berkembang khususnya yang merupakan negara kepulauan dan miskin plus terjangkit penyakit akut bernama KKN dan banyak dibuat semakin miskin dan semakin sengsara akibat sistem perbankan Swiss yang melindungi para koruptor. Singkat cerita, para Menlu ini mengadakan jamuan makan informal dan mengundang Menlu Swiss sebagai ‘tamu kehormatan’. menjelang makan malam, semua Menlu bagai dipimpin seorang dirijen menyampaikan protes mengapa Swiss berencana membangun armada angkatan laut padahal jelas-jelas tidak punya akses ke laut, tidak punya pantai apalagi laut. Awalnya Menlu Swiss tampak terkejut dan gugup namun superioritas Swiss dalam ukuran uang menjadikannya kembali menguasai medan. Dengan tenang dan raut muka senyum namun bernuansa merendahkan dan dingin sang Menlu Swiss berucap “Mengapa kalian semua seperti cacing yang sedang menyeberang jalan aspal panas? Kalaupun isu membangun armada angkatan laut itu benar, mengapa kalian berang begitu? Bukankah dari sejak dahulu kami diam saja, toleran, tak pernah protes apalagi menghalangi kalian saat kalian mencetuskan, mendirikan dan mengelola Departemen Keuangan padahal kalian tak punya uang”. Texas dan Western Australia Cerita mulut-ke-mulut mengatakan bahwa pernah terjadi peristiwa serombongan turis yang semuanya peternak dari Texas, USA melancong ke Australia Barat (Western Australia, WA). Texas ini adalah salah satu provinsi (state) di Amerika (USA) yang terkenal sebagai provinsi terluas (dalam ukuran km2) dan dianugerahi lahan yang cocok untuk menghasilkan binatang ternak khususnya sapi dan kambing sehingga sapi-sapi dan kambing-kambing disana berukuran sangat besar. Menjadi provinsi terbesar dan penghasil hewan ternak raksasa menjadikan orang-orang Texas arogan. Para turis Texas ini begitu mendarat di Perth langsung meminta melanjutkan perjalanan dan melancong ke wilayah peternakan WA. Sepanjang perjalanan, para turis ini mengagung-agungkan betapa luasnya provinsi Texas. Mereka lupa bahwa WA memiliki areal yang lebih luas ketimbang Texas. Namun sebagai tuan rumah yang baik, para peternak WA diam saja dan tidak berupaya melakukan koreksi. Singkat cerita, para turis bertandang ke peternakan (ranch), saat melihat gerombolan kambing, para turis texas minta berhenti dan mendekati gerombolan kambing tersebut dan bertanya “Ini seperti kambing tapi koq kecil-kecil sekali ya ukurannya?”. Begitu pula saat melihat sekelompok sapi, para turis Texas ini meminta tuan rumah untuk membawa mereka mendekat ke sapi-sapi itu. Sekali lagi para turis Texas ini mengomentari “Mirip dengan sapi-sapi ya binatang ini cuma ukurannya poni alias kerdil”. Pernyataan-pernyataan yang menunjukkan arogansi orang-orang Texas ini mulai bikin mules perut para peternak Australia. Namun sekali lagi didorong oleh keramahan dan kerendahan hati para peternak WA ini mendorong mereka untuk tetap tenang dan konfiden memberi layanan prima bagi para tetamunya. Para tamu diajak menikmati hangatnya sinar matahari sambil minum dingin dan mulai membakar ikan dan daging dipemanggang (a la barbeque) sambil menikmati makanan pembuka. Aroma makanan dan minuman dalam pesta santap siang itu rupanya mengundang binatang khas Australia yaitu kangguru. Melihat kangguru melompat-lompat (hop) lucu di rerumputan (grass) Turis Texas terpana dan tak tak kuat menahan rasa penasaran dan ingin tahu. Selayaknya dikomando mereka nyaris serempak bertanya sambil menunjuk ke gerombolan kangguru “Hey look, what kind of animals are they?”. Dengan senyum kemenangan para tuan rumah juga serempak menjawab “Grass-hoppers. You have them in Texas, haven’t you? Perhaps the size is different”. Pelajaran: Mari kita syukuri kelebihan alam yang diberikan Tuhan pada kita. Janganlah kelebihan alam itu menjadikan kita jumawa bahkan sampai lupa pada Sang Maha Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline