Lihat ke Halaman Asli

Siapa Orang yang Sukses Itu? : QS 2 ayat 5

Diperbarui: 4 April 2017   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

QS 2 ayat 5, lafalnya, “ ulaika ‘ala hudam mir robbihim wa ulaika humul muflihun “, artinya, “ Mereka (yakni al-muttaqun yang disebutkan sifat-sifat dan ciri-cirinya dalam ayat sebelumnya) itulah (orang-orang yang berada) di atas petunjuk dari robb (tuan, tuhan) mereka (yakni Alloh swt) dan mereka itulah orang-orang yang beruntung ”.

Ayat ini berupa kalam (dalam bahasa Arab). Kalam artinya kalimat, susunan kata yang memiliki arti dan makna. Kalam ini berbentuk berita, informasi. Karena kalam ini dari sisi asal, berasasal dari Alloh swt, dan sisi yang membuat, yang membuat adalah Alloh swt, maka dinamakan kalam Alloh swt. Jika kalam Alloh ini dilafalkan, diucapkan maka jadilah dia ucapan, perkataan, sabda, firman (al-qoul) Alloh swt.

Kalimat “ ulaika ‘ala hudam mir robbihim “ terdiri dari kata,
“ulaika”, ini adalah isim isyaroh (kata tunjuk) yang maknanya adalah “ orang-orang itu (mereka itu)”, dan yang dimaksud dengan “ulaika” dalam ayat ini adalah al-muttaqun yang sifat-sifat dan ciri-cirinya disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya (QS 2 ayat 2-4) yakni beriman kepada Alloh swt yang ghoib, menegakkan sholat, berinfak, beriman dengan kitab yang diturunkan kepada Muhammad saw (Al-Qur’an) dan beriman dengan kitab yang diturunkan sebelum Muhammad saw (Injil, Taurot, Zabur, Suhuf-suhuf, dll), yakin akan kehidupan akherat.
“ ‘ala”, ini adalah harfun jar yang maknanya adalah “ (di) atas “
“ huda “ adalah isim mashdar dari hada- yahdi-hudan (memberi petunjuk) yang maknanya adalah “petunjuk”.
“ min “ adalah harfun jar yang maknanya dari pada, dari, setengah, sebagian dan dalam konteks ayat makna yang tepat adalah “dari”.
“ robbihim” adalah frasa yang tersusun dari mudhof-mudhof ilaih, mudhofnya adalah kata “ robbu ” yang maknanya adalah “tuan, tuhan, penguasa/pemilik” yang dijarkan oleh harfun jar “min”, mudhof ilaihnya adalah kata “hum” (dhomir jam’i mudzakkar ghoib atau kata ganti orang ketiga jamak) dalam bentuk jar yang maknanya “ mereka”, jadi “robbihim” maknanya adalah “robb (tuan, tuhan, penguasa/pemilik) mereka” dan yang dimaksud adalah Alloh swt.

Kalimat “ wa ulaika humul muflihun “ terdiri dari kata,
“ wa “, adalah harfun athof yang maknanya “dan”,
“ ulaika “, adalah isim isyaroh yang maknanya “orang-orang itu (mereka itu)” dan yang dimaksud dengan “ulaika” ini adalah al-muttaqun beserta sifat-sifat dan ciri-cirinya yang disebutkan dalam ayat sebelumnya (QS 2 ayat 2-4).
“ hum “ adalah isim dhomir yakni dhomir jam’i mudzakkar ghoib (atau kata ganti orang ketiga jamak) yang maknanya “mereka” dan yang dimaksud adalah “al-muttaqun” tadi.
“ al-muflihun “ adalah isim yakni isim dalam bentuk jamak tanda jamaknya wawu dan nun, isim mufrodnya (bentuk tunggalnya) adalah “ al-muflih “, dan “ al-muflih” adalah isim fa’il (subyek) dari kata aflaha-yuflihu-iflahan yang maknanya adalah menang, jaya, berhasil maksudnya, sukses (lawan gagal), jadi “ al-muflih “ maknanya adalah “ yang menang, yang jaya, yang berhasil maksudnya, yang sukses (lawan gagal) ” (atau yang beruntung), dan yang dimaksud dengan kemenangan, kejayaan, keberhasilan, kesuksesan adalah kemenangan, kejayaan, keberhasilan, kesuksesan yang haqiqi di dunia dan memperoleh surga yang abadi di akherat kelak, sebagaimana yang dikatakan dalam QS 3 ayat 133 bahwa surga itu disediakan untuk al-muttaqun (orang-orang yang bertaqwa).

Jadi siapa “al-muflihun” (orang-orang yang menang, yang jaya, yang berhasil, yang sukses atau orang yang beruntung) yang dimaksud dalam ayat ini? Ya tentu “al-muttaqun” (orang-orang yang bertaqwa) yang sifa-sifatnya telah disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya (QS 2 ayat 2-4) yang beriman kepada Alloh swt (yang ghoib), mendirikan sholat, berinfak (yang wajib mmaupun yang sunnah), beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan Alloh swt kepada Nabi dan Rosul-Nya diantaranya kepada Muhammad saw (Al-Qur’an) dan kepada Nabi dan Rosul-Nya yang lain ( Injil kepada Isa as, Taurot kepada Musa as, Zabur kepada Dawud as, Suhuf-suhuf kepada Ibrohim as dan Musa as, dll), dan yakin akan adanya kehidupan akherat. Artinya kemenangan, kejayaan, keberhasilan, kesuksesan menurut Al-Qur’an tidak diukur dengan perolehan materi dan kedudukan, tapi lebih ditentukan oleh keimanan kepada Alloh swt dan amal sholeh dan ini bisa dicapai oleh siapapun (si kaya ataupun si miskin).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline