Lihat ke Halaman Asli

Saat Muslim Menghina Grand Sheikh Al-azhar dan Ulama Salafi (Autokritik Ukuwah Islamiyah)

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

'Celaka', satu kata bagi pelakunya. Bagaiamana mungkin seorang awam bisa menghina pribadi Ulama. Subjek 'celaka' ini bisa ditemukan pada diri saya, anda, atau muslim lainnya.  Mennghina menjadi absurd dengan sebuah kritikan, selaan, opini dan pembunuhan karakter. Secara lebih dalam, pada artikel berikut (1), kita bisa mendapatkan definisi dan penjelasan antara kata-kata yang memiliki kemiripan sifat tersebut. Sebagai muslim apalagi masih awam dan jauh dari kafaah ilmu marilah kita berhati-hati dengan ucapan kita. Tak jarang kita temukan saat ini orang dengan mudah berkomentar terhadap ulama, tanpa bisa mengontrol tindakannya, terlebih dengan maraknya dunia maya dan diskusi-diskusi di dalamnya.

Tragedi pembantaian demonstran damai pro moursi pada tanggal 14 Agustustus 2013 telah memberikan banyak tanggapan. tanggapan-tanggapan yang muncul sedikit banyak telah saya jelaskan pada artikel berjudul Pembantaian Mesir, IM dan Propoganda Buta Nalar (2). Bercermin pada komentar yang masuk dan terlepas dengan subjektifitas saya, saya berharap tulisan tadi dapat menjadi gambaran secara utuh atas tanggapan-tanggapan yang muncul. Dalam artikel tersebut secara khusus saya mengkritik bagi pihak yang menyalahkan aksi demo damai sebagai sumber malapetaka pembantaian. Pihak yang saya maksud secara mayoritas disuarakan oleh pihak tamarrud (pendukung kudeta), tetapi ditengah perjalanan pihak tersebut kecewa dengan langkah-langkah pemerintahan kudeta. Menarik saat kita ketahui bahwa pihak yang saya maksud salah satunya adalah pihak yang dikenal sebagai kelompok islamis yang memiliki tujuan yang hampir sama dengan IM yaitu melaksanakan dakwah bagi diterapkannya syariat islam.

Perkembangan berita yang masif dari berbagai sumber dengan masing-masing afiliasinya, ternyata tak sebatas menjadi alat penyebar berita. Semenjak tragedi tersebut, kini tanggapan pun mulai banyak yang berlebihan dikedua belah kubu. Dengan berlandaskan pada tinjauan saya pada artikel yang saya cantumkan di atas, akhirnya timbul kebenaran mada mansia dengan menentang proses kudeta dan pemerintahannya. kebenaran ini terbuka setelah adanya pembantaian sadis oleh pemerintah kudeta yang dinilai masyarakat tak sesuai nurani. Disisi lain golongan yang pro demokrasi dan menjadi korban pembantaian mendapatkan tempat dihati masyarakat, baik atas dasar akidah ataupun nilai-nilai kemanusiaan. Dukungan luas ini menjadi miris, manakala kemudian dari diri massa pro demonstrasi damai timbul ujub atas tindakan yang diambilnya. Ujub ini akan timbul manakala argumen yang mereka sampaikan benar tetapi dianggap paling benar dan yang bertentangan dengan argumen mereka salah.

Berikut daftar argumen yang saya ambil dari penilaian pribadi terhadap kasus ini:

1.  Pendukung pro demonstrasi damai merasa didzalimi secara konstitusional dan syariat. secara konstitusional negara demokrasi sangat jelas, bahwa presiden dipilih dan diberhentikan oleh rakyat. Secara syariat jelas bahwa melengserkan seorang pemimpin muslim adalah bagian dari bughot.  posisi presiden moursi sebagai ulil amri adalah jelas. maka menjadi hiprokit saat ulama mengeluarkan fatwa adanya larangan melakukan demonstrai damai yang secara nyata demonstrasi damai ini disetujui oleh mayoritas rakyat mesir. Pun ada yang menggugat  tentang aksi Demonstrasi karena dinilai bagian dari bid'ah, sudah seharusnya lah pemberi fatwa ini bisa menerangkan bagaimana hukumnya protes massal yang dilakukan oleh imam ibnu taimiyah (3) yang didukung oleh muslim sunni lain (Mazhab asyariyah an maturidiyah) untuk menentang ibn Gazan, penguasa kota damaskus. Selain itu, Fatwa haramnya melengserkan pemimpin ini khusus bagi ulama salafi juga seharusnya di komperasi dengan sejarah pelengeseran raja saud bin abd aziz yang direstui ulama salafi pada tahun 19 64, sehingga apa yang menjadi fatwa saat ini keluar tidak hiprokrit dengan ulama pendahulunya.

2. Pendukung pro demonstrasi damai merasa bingung atas memahami sikap ulama yang masih kukuh merestui pemerintahan kudeta atas dasar pertimbangan  menjauhkan rakyat dari konflik. Berdasarkan realitas, pemerintah moursi yang dianggap gagal oleh pihak tamarrud dibidang ekonomi dan politik disisi lain memberikan jaminan hak kebebasan politik. fakta bahwa pemerintahan moursi melakukan tindakan pengamanan yang jauh lebih baik dibanding pemerintahan pasca kudeta dalam menghadapi aksi politik masyarakat tentu tidak bisa dibantah. Banyaknya tokoh-tokoh ulama di luar mesir yang mengecam dan menuntut pelengseran atas pemerintahanan hasil kudeta, jelas menunjukkan terjadi ikhtilaf pandangan ulama pada saat ini, oleh sebab itu perlu adanya nasihat yang baik dalam menyatukan sikap ulama ini, pilihan terbaik tentu dengan menyesuaikan dengan realitas yang sedang terjadi.

3. Pendukung pro domenstrasi juga mempertimbangkan faktor kekuatan lain diluar pihak-pihak yang terlibat dalam perseteruan ini. Muslim yang berpandangan lebih keras dalam menyikapi kedzoliman penguasa seperti muslim jihadis dan konspirasi negara lain dalam mengkebiri tegaknya syariat tentu juga harus dipertimbangkan. turut campur mereka dalam uruan ini tentu akan dapat menimbulkan kondisi yang lebih buruk. terhadap turut campurnya negara-negara kuffar jelas harus ditolak oleh seluruh muslim, adapun kepada muslim jihadis maka sampaikan lah nasihat terbaik untuk mereka, adapun bagi muslim yang masih berpandangan sinis terhadap mereka, silahkan baca artikel saya yang berjudul Bisa Jadi itu Anda! Salah Kaprah Ibroh Sejarah Khawarij(4)

Berdasarkan poin-poin di atas, sudah seharusnya seluruh muslim mulai mengambil ibroh dari ukuwah islamiyah yang di bangun Rosullulloh SAW beserta sahabat. ukuwah anatara sahabat muhajirin dan anshar adalah sebaik-baik teladan.  Sangat jauh sekali menyikapi ukuwah islamiyah sebagai sebuah ikatan layaknya humanisme. Apakah sama antara ukuwah sahabat Muhajirin-Anshor, Sesama kaum sahabat muhajirin atau anshor semata, atau sahabat mukminin (muhajirin dan anshor)-kaum munafiq yang dipimpin abdulloh bin ubay? sungguh ikatan-ikatan tersebut sangatlah berbeda. sungguh ikatan terkuat adalah ikatan antara kaum Muhajirin-Anshor, dan yang paling lemah adalah ukwah terhadap kaum munafiq. sesungguhnya Abdulloh bin ubay beserta kaum munafiq dijauhi oleh kaum muslimin dan sungguh kaum munafiq dilarang untuk dijadikan sebagai teman dekat/wala'.

Adapun terhadap realitas umat islam saat ini. dengan mengambil ibroh sejarah di atas, maka saya misalkan kaum muhajirin dan anshor adalah setiap kelompok/jamaah yang menyeru kepada syariat, maka muslim SEPILIS adalah perumpamaan yang pas atas ciri kaum Munafiq. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap muslim yang berafiliasi terhadap dakwah syariat islam harus menjunjung tinggi ukuwah islamiyahnya kepada jamaah lain yang menyeru kepada syariat. Adapun terhadap sesama kader/anggota jamaahnya, janganlah kecintaan mereka melebihi kecintaan layaknya sesama muslim yang menyeru pada syariat (meski berbeda golongan), dan terhadap kaum SEPILIS, maka jelaslah sifat hati-hati dan menjauhi diri untuk mengambil sebagai teman dekat dalam urusan islam.

Maka jalan keluar atas krisis mesir ini akan terbuka, bila setiap muslim beriman yang terlibat didalamnya menjadikan ukuwah islamiyah sebagai ukuran sebenarnya terhadap wala' yang akan ia berikan. Oleh sebab itu, akan menjadi salah kaprah bila kemudian timbul hinaan dan celaan terhadap ulama yang mengambil jalan berbeda dengan massa pro moursi. Ingat lah akan prinsip ukuwah islamiyah ini. Sebagai muslim awam dengan rendahnya kafaah islam, saya akui atas kelemahan diri. mohon kritik atas artikel yang saya tulis ini.

Salama ukuwah, ana uhibbukum fillah

al Faqir Illalah


Bogor, 20 Agustus 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline