Judul dalam bahasa Sunda diatas bermakna bahwa manusia bisa bersama-sama ketika dalam situasi sulit, Tapi akan individualis dan melesat sendirian ketika dia kehidupannya kaya raya. Meninggalkan kawan dan sahabatnya ketika sama-sama hidup susah. Dan berkoloni dengan jaringan baru, kolega yang senasib, satu keadaan yang sama. Yang sesuai dengan status sosialnya.
Dikalangan aktifis, hidup susah bersama-sama itu menjadi kenikmatan tersendiri. Ngopi bareng, merokok bareng, saling berbagi cerita dan diskusi ringan dengan penuh tawa dan canda. Tapi mobilitas sosial dan ekonomi setiap orang akan menemukan jalannya sendiri-sendiri. Saat susah pasti terasa arti hidup "babarengan", tapi saat kaya raya kebanyakan akan lebih enjoy dalam kesendirian atau berganti komunitas. Sesuai di posisi mana dia menemukan mobilitas sosial dan ekonominya.
Jika dia sukses menjadi pengusaha, dia akan berada dalam komunitas sesama pengusaha, atau yang menunjang dan menguntungkan usahanya. Jika dia Menjadi pejabat di pemerintahan baik jadi pejabat eksekutif maupun legislatif, dia akan berkumpul dengan kalangan yang sama, untuk saling menguatkan atau menjaga posisinya.
Hirup Ripuh Babarengan, Beunghar Sosoranganan hanya berlaku bagi pribadi yang punya karakter unggah adat, poho titincakan, dan poho kana temah wadi. Lupa diri dan berubah kebiasaan. Akan tetapi jika hubungan perkawanan, persahabatan terjaga dengan baik, dia akan saling mengangkat dan membantu. Setidaknya tetap menjaga ritme ngopi dan merokok bersamanya. Tetap berkehendak untuk ngobrol dan diskusi bareng, berbagi informasi dan peluang. Hingga jika memungkinkan, dari Hidup Susah bersama, menjadi kaya raya juga bersama-sama.
Atau dalam bahasa yang lebih bijak, jika awal keberangkatan, kita berkumpul dalam perih perjuangan bersama, bisa saling membagi beban demi cita-cita dan tujuan yang ingin di capai, setidaknya kita bisa saling bisa menunjukan hasil perjuangan untuk memberi kemanfaatan dalam makna kehidupan kita yang sama.
Dan kebahagiaan paling hakiki adalah, ketika kita mampu ikhlas dan menjaga rasa syukur kita dengan situasi dan kondisi apapun. Kalau kata Gus Baha. Jalani hidup ini dengan enteng saja. Tak usah dibuat ribet. dibawa enak aja. Yang penting tak merugikan orang lain. Mau ripuh babarengan, beunghar babarengan, atau ripuh babarengan beunghar sosoranganan. Asal jangan sampai Beunghar babarengan, ripuh sosoranganan...hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H