Jika kita memantau timeline di facebook, twitter dan medos hari ini, maka yang sedang ramai adalah seputar bentuk segitiga. bukan kotak atau lingkaran. semua berawal dari serangan ust Rahmat Baequni terhadap arsitektur Mesjid Assafar di Rest Area KM 88 Tol Cipularang yang dianggapnya mencerminkan konspirasi global dari illuminati dajjal segitiga mata satu. sampai-sampai Ridwan Kami sang Arsiteknya yang juga Gubernur Jabar saat ini meladeni sebuah diskusi di Gedung Pusdai Jabar bersama Ust Rahmat Baequni sendiri dan Ketua MUI Jabar H. Rahmat Syafei.
Jika melihat paparan ust Rahmat Baequni dalam diskusi tersebut, maka sejujurnya kita menangkap secara terang benderang kelemahan dasar keilmuan yang disampaikan ustad tersebut. Beberapa analisanya cenderung hanya berupa asumsi dan cocoklogi semata. Hanya jika melihat respon audiens yang hadir menunjukan suasana yang berbeda. Sangatlah kentara semangat di balik serangan karya Kang Emil tersebut dengan masalah suasana psikologis yang belum tuntas di kelompok mereka tersebut.
Kalau boleh mengambil kesimpulan jamaah yang hadir yang tak henti berteriak "huuu.." ketika Kang Emil Berbicara dan mengucap Takbir ketika ustadz itu menyampaikan paparannya adalah mereka yang secara psikologis dan sosiologis sudah terpapar dengan asupan informasi dan doktrinasi dari WAG dan medsos dari kalangan mereka sendiri. Secara politik mereka dalam pilgub Jabar adalah pendukung pasangan Asyik (no 3) dalam pilpres mereka pendukung pasangan 02. Boleh Jadi Kang Emil mendapatkan serangan seperti itu karena effek pilpres kemarin dimana beliau mendukung pasangan 01 Jokowi-KH Maruf Amin.
Akan tetapi lebih jauh dari itu sebenarnya, penulis menangkap suasana yang lain jika melihat pergerakan wacana di medsos di wilayah jawa Barat. Bahwa apa yang dilakukan oleh Ust Baequni tersebut hanyalah awalan terhadap sebuah fenomena politik ke depan sebagai efek dari pertarungan kemarin dan ancang-ancang untuk pertarungan ke depan.
Ada fenomena yang umum yang bisa kita tangkap dari pola dan model kelompok mereka dalam aktivitas medsos dan "dakwah" nya. Selalu menyerang pihak-pihak yang berbeda secara pemahaman dengan mereka. padahal sebenarnya mereka tidaklah bisa dikatakan mayoritas dalam pemahaman keagamaan ummat Islam di Indonesia. Tapi mereka seolah selalu mengklaim sebagai refresentasi ummat Islam dengan kebisingan dan keberisikan yang mereka buat dan ciptakan serta viralkan terus menerus.
Ridwan Kamil adalah satu dari sekian Pejabat Publik dengan konsep pemikiran dan kepemimpinannya yang inklusif dan progresif meskipun beliau memiliki akar biologis dan soiologis dengan tradisi keulamaan dan kepesantrenan. Karena beliau cucu KH Muhyidin tokoh Hijbullah Subang yang juga Ulama Nahdlatul Ulama. Ketika Rezim kekuasaan di Jawa Barat yang selama 10 tahun di kuasai oleh PKS wa ashaabihi tentu saja saat Kang Emil naik terjadi penataan penataan dan model dakwah keagamaan yang lebih condong pada mayoritas pola keagamaan ala ahlussunnah wal jamaah annahdliyah.
Konsep-konsep pembangunan bahwakan komitmen Kang Emil juga menyatakan secara terbuka akan "Meng Aswajakan" Jawa Barat. Oleh Karena itulah jika ide-ide brilian Ridwan Kamil di Jawa Barat baik dalam hal pembangunan fisik maupun non fisiknya berhasil maka akan menjadi investasi sosial politik kedepan yang luar biasa. Dalam skala Nasional akan menumpuk menjadi sebuah tangga kontestasi politik di level nasional menuju capres atau cawapres di 2024.
Jika begitu urusannya maka kelompok ini akan berhadapan dengan dua kutub sosial politik yang kurang lebih sama dengan fenomena Pilpres 2019 ini, yaitu Kutub Islam Tradisionalis moderat versus Islam radikalis dengan basis ideologi HTI, FPI dan ikhwanul muslimin PKS dengan refresentasi tokoh politiknya Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta.
Jadi agak bisa dipahami apabila saat ini Ridwan Kamil mulai di goreng-goreng dan diserang hatta urusan karya profesionalismenya dalam bidang design dan arsitektur bangunan mesjid. Padahal sederet karyanya sudah ada dimana-mana baik di Indonesia maupun luar negeri termasuk bangunan Mesjidnya.
Jadi, Apabila Ust Baequni dengan literasi dan dasar keilmuannya yang terbatas dan tidak meyakinkan menggunakan pola serampangan menyerang kemapanan konsep karya Ridwan Kamil dalam hal keahliannya di bidang design dan arsitektur, maka sebenarnya hanya menambah menggelembungnya popularitas dan eksistensi Ridwan Kamil dalam pentas perbincangan sosial dan politik. Karena ternyata hari ini gelombangnya justru malah menyerang balik Ust Baequni dengan berbagai meme yang meledek dan menjadikannya lelucon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H