Saat menjelang akhir masa liburan sekolah kemarin, saya mengajak anak-anak dan keluarga untuk berkunjung ke objek wisata pemandian air panas gunung galungnggung Kabupaten Tasikmalaya. Dalam kegiatan pribadi seperti itu pun saya selalu ingin menyelipkan tugas dan tanggungjawab saya selaku pimpinan di Komisi IV DPRD yang salah satunya membawahi permasalahan Pariwisata. jalan menuju kawasan lokasi Gunung Galunggung ini sudah cukup bagus, jalan berhotmix, tidak seperti sebelumnya yang rusak parah. jadi akan terasa nyaman bagi para pengunjung yang mengendarai roda 2 atau roda 4.
Karena musim liburan sekolah dan akhir tahun, jalan menuju lokasi terasa sangat ramai oleh hilir mudik kendaraan yang turun dan mau naik ke lokasi Gunung Galunggung tersebut. Saya kira ada ribuan kendaraan roda 2 dan ratusan roda empat mengalir dari dan menuju kawasan wisata Galunggung, jumlah pengunjung dalam masa liburan hari sabtu minggu terakhir itu saya perkirakan mencapai kurang lebih 10-15 ribu orang.
Saat di pintu masuk kawasan wisata kendaraan ngantri, bergerombol banyak petugas yang resmi dari pengelola dinas pariwisata (di dalam ruangan pintu masuk) maupun beberapa elemen lokal masyarakat pemuda disana yang mencegat kendaraan pengunjung menarik retribusi. tarif masuk retribusi ke kawasan Wisata Galunggung itu sebesar Rp. 6.500 per orang dengan perhitungan Rp. 3000 untuk pad Kabupaten Tasikmalaya melalui Dinas Pariwisata dan Kebudyaan dan Rp. 3000 untuk Perhutani serta Rp. 500 untuk asuransi.
Saat giliran saya masuk, saya di cegat oleh petugas penarik yang menurut saya bukan petugas resmi dari disparbud, saya selalu minta lembaran karcis masuknya. sesudah lewati pintu masuk saya parkirkan mobil di dekat pintu dan mendekati beberapa komponen masyarakat, ormas yang bergerombol di pintu, saya panggil petugas yang bertanggungjawab secara kedinasan dari disparbud dan bertanya beberapa hal termasuk teknis penarikan retribusi berikut karcisnya, data jumlah pengunjung yang masuk dll. Ketika saya ngobrol dengan petugas resmi tadi, beberapa orang yang tadinya banyak bergerombol di pintu masuk, mulai berkurang, tinggal beberapa orang saja. Beberapa orang dari yang tadi bergerombol dari kejauhan memandang saya seolah bertanya-tanya siapa gerangan...
Saya kemudian melanjutkan masuk ke kawasan pemandian cipanas Galungggung yang dibawah, ada yang berubah. Lahan yang tadinya untuk parkir kendaraan kini berdiri bangunan-bangunan kios. Parkir kendaraan roda 2 memenuhi sekeliling bangunan kios, sementara beberapa saja yang memungkinkan muat parkir kendaraan roda 4, selebihnya hanya mutar dan drop penumpang saja, sementara kendaraan parkir di lahan dibawahnya yang sama sekali belum tertata.
Lalu saya memandang ke sekeliling ke setiap fasilitas pemandian, saung-saung dan bangunannya sudah kumuh dan tak terawat, banyak atapnya yang rusak. Kolam-kolam air hangat yang dipenuhi para pengunjung yang berenang dan berendam terlihat tidak nyaman dilihat, di sekeliling kolam jalur jalan penuh genangan yang mengeluarkan aroma yang tak sedap, dibeberapa titik sampah terlihat berserakan. saya ambil beberapa sudut untuk di foto sebagai bukti dan bahan nanti raker dengan jajaran dinas pariwisata.
Dari beberapa amatan sederhana tersebut saya mendapatkan beberapa hal :
Pertama, Dari aspek ketersediaan fasilitas yang menunjang kenyamanan para pengunjung belum terpenuhi. Sarana parkir, fasilitas kolam renang, saung-saung untuk berkumpul pengunjung serta kebersihan lingkungannya perlu direvitalisasi segera. Kesan kumuh dan semrawut harus diurai dan dibenahi.
Kedua, Perlu pembenahan dalam hal petugas retribusi agar tidak terkesan keroyokan dan ilegal. sehingga jumlah pengunjung linear dengan jumlah PAD yang masuk ke pemerintah daerah. Setiap pengunjung harus masuk dengan diberikan karcis.
Ketiga, dari amatan saya secara komprehensip lebih lanjut, saya memandang bahwa potensi wisata Galunggung itu perlu sentuhan pihak ketiga (investor). Kalau penataannya lebih profesional dengan menyediakan fasilitas-fasilitas lebih komplit seperti perhotelannya, rumah makan, kawasan parkir dan fasilitas waterboom sebagaimana kawasan Cipanas Garut atau Kawasan Wisata Darajat Garut maka Wisata Galunggung juga akan menjadi kawasan wisata primadona bagi destinasi wisata lokal, regional bahkan nasional serta internasional.
Kalau sekiranya pemerintah daerah serius mengembangkan potensi wisata Galunggung, maka sebenarnya akan menjadi pundi-pundi PAD yang sangat besar. Tapi sayang sejauh ini belum terlihat terobosan dan langkah-langkah kongkritnya. Kawasan Wisata Galunggung seakan terabaikan, tak terdesign dengan baik mau diapakan dan dibagaimanakan pengembangannya.