Lihat ke Halaman Asli

Usman Kusmana

Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Tidak Nyamannya Berobat di RSU Pemerintah

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sampai seusia begini, Alhamdulillah saya belum pernah merasakan dirawat di Rumah Sakit. Mudah-mudahan sih jangan sampai. Naudzu billah. Kalau sakit-sakit sedikit, paling datang ke dokter praktek di rumah. Tapi mengurus keluarga yang sakit atau tetangga, sudah beberapa kali. Istri saya sudah tiga kali menjalani operasi. Melahirkan anak kedua dan ketiga, dan operasi vistel. Lalu anak pertama dan kedua saya juga pernah dirawat beberapa hari karena terkena muntaber dan panas. Bapak saya juga pernah menjalani operasi dan dirawat. Semua peristiwa pengobatan dan perawatan rumah sakit tersebut saya lakukan di rumah sakit swasta di daerah saya, tidak di rumah sakit umum daerah.

Bukan saya sok atau bagaimana, tapi karena satu alasan utama. Kenyamanan!. Kenyamanan dalam pengertian yang luas. Saya sering mengurus warga atau saudara yang masuk dirawat di rumah sakit umum, benar-benar menjengkelkan dan tidak nyaman. Beberapa hal yang membuat ketidaknyamanan itu adalah :

Pertama, Dari sisi sarana dan prasarana bangunan, keberadaan bangunan dan ruang perawatan di RSUD terkesan pengap dan kumuh. Apalagi untuk kelas II dan Kelas III yang dipergunakan oleh pasien-pasien penerima manfaat Jamkesmas atau Jamkesda.

Kedua, Dari sisi kepraktisan pelayanan. Pengalaman saya mengurus pasien ke RSUD dan Ke RS Swasta koq berbeda. Kalau ke RS Swasta terlihat simple, ke RSU terkesan ribet, apalagi kalau pasien miskin.

Ketiga, Dari sisi petugas pelayanan medisnya, atau petugas administrasinya. Pelayanan di RSU petugasnya mahal senyum, tidak ramah dan terkadang berani membentak pasien atau keluarga pasien. Mereka masih terkena penyakit patologi birokrasi pemerintahan sepertinya.

Keempat, Suasana lingkungan sekitar RSU dan di dalamnya juga tak nyaman. Over crowded gitu. Mungkin karena kapasitas rumah sakit umum yang menampung banyak pasien, sehingga banyak juga orang yang lalu lalang atau menunggu keluarganya yang di rawat disana. Mereka tidur di luar, di kolong tangga, lorong-lorong rumah sakit, sehingga menimbulkan kesemrawutan pemandangan. Bangunan RSU pemerintah cenderung menggunakan luasnya lahan, sementara swasta bangunannya ke atas. Sehingga kalau datang ke RSU jalan menyusuri lorongnya panjang dan berliku-liku, sementara RS swasta tinggal bicara lantai berapa, dengan fasilitas lift.

Kita tentu tidaklah fair jika membandingkan urusan pelayanan medis antara rumah sakit umum pemerintah dengan rumah sakit swasta. Karena urusannya dengan biaya. Tapi dari sisi substansi pelayanan, masyarakat itu mau miskin ataupun kaya tetap saja memerlukan pelayanan kesehatan yang nyaman. Toch rumah sakit pemerintah juga digelontorkan uang yang tidaklah sedikit dari anggaran pemerintah yang notabene itu uang rakyat. Pegawai, bangunan, alkesnya disediakan dan dibayar oleh rakyat.

Karena pentingnya kenyamanan dalam berobat itu, masyarakat juga pada akhirnya akan secara objektif menilai bagaimana memilih tempat berobat. Antara berobat ke rumah sakit pemerintah atau ke rumah sakit swasta. Jika prasyarat kenyamanan itu terpenuhi dengan baik, maka rumah sakit pemerintah tentu akan sangat membantu rakyatnya. Dan hal itu menunjukan bagaimana kinerja kementerian yang bergerak dalam bidang dan mengurusi persoalan kesehatan masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline