Lepidoptera
[Tamu Salah Masuk Rumah]
Pentigraf Abu Nidhat
Seekor kupu putih malam itu hinggap di kelambu merah jambu bermotif batik mega mendung yang berpadu dengan motif anyaman kembang jeruk. Orang Madiun dan Ngawi menyebutnya "kaper". Ia dikenal sebagai hama bagi para petani. Sebagian orang menganggap bahwa hadirnya kupu-kupu pertanda akan ada tamu yang datang esok pagi. Kupu putih itu hinggap begitu saja dan berdiam diri. Kami tidak mengganggunya. Kalau diusir, bukan berarti mengusir tamu, tetapi bisa menimbulkan gatal di kulit.
Sudah empat bulan, rumah kami tidak kedatangan tamu. Bukan berarti kami mengharapkan kedatangannya. Lagi pula siapa yang datang? Terakhir kami kedatangan kemenakan yang datang dari jauh nun di luar kota sana. Namun, tidak berapa lama, dua bulan kemudian kami mendengar ia meninggal gegara sesak napas dan lemah jantung. Kedatangannya firasat sebagai pamit kepada kami untuk pergi ke alam baka.
Adapun kupu yang tiba-tiba saja datang menandakan karakter tamu yang bersangkutan. Jika warna bulunya berpola seperti batik kawung, maka esok paginya tamu yang datang berbaji batik kawung. Kini ada kupu putih, apakah tamunya berbaju putih dan orangnya mengalami stunting alias kuntet?
Sejak pagi kami disibukkan oleh kegiatan kebersihan. Sudah jadi kebiasaan, ada-ada saja yang kami bersihkan mulai dari lantai seluruh kamar, perabotan, sampai area sekitar rumah. Pendeknya kami usahakan bersih. Bukan berarti kami lagi menyambut kedatangan tamu. Sekitar pukul 09.00 kami baru bisa makan pagi. Sambil berharap kedatangan tamu. Namun hingga pukul 10.00 tamu pun tak kunjung tiba. Baru pada pukul 11.12 seorang ibu-ibu bertubuh besar dengan ukuran yang tidak lazim. Pokoknya tinggi besarlah. Mengenakan daster ceplok-ceplok merah marun yang dipadu dengan motif daun-daun dendrobium.
"Maaf, benar ini rumah Pak Rusdanto?"
"Oo, rumah Pak Rusdanto di Blok D. Ini masih Blok C. Ibu ke selatan satu gang lagi," jawabku.
Setelah berlalu, istriku mendekati,"Masak kupu-kupu putih sebesar itu?"
Aku tidak menanggapi, tetapi aku harus menahan tawa.