Syalom Bpk/Ibu Hebat.
Puji syukur saya berkesempatan menempuh pendidikan guru penggerak angkatan ketujuh.
Sebagai seorang guru saya melaksanakan pembelajaran di kelas dan lebih berpusat pada hal-hal akademik seperti penilaian dan menyelesaikan materi yang telah direncanakan sehingga hanya sekedar memenuhi unsur kurikulum dan transfer ilmu semata. Namun, setelah saya mengikuti pendidikan pada modil 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional oleh Ki Hadjar Dewantara banyak hal yang saya dapatkan dan merubah pola berpikir saya secara pribadi sebagai sorang pendidik.
Menurut filosofi KHD yang pertama adalah peran guru sebagai seorang penuntun atau pamong, yaitu menuntun segala kekuatan kodrat anak sehingga dapat tercapai keselamatan dan kebahagiaan. Disini tugas seorang pendidik adalah memberikan tuntunan tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat agar memperbaiki laku hidup dan tumbuh kekuatan kodrat. Filosofi menuntun biasa kita kenal dengan teladan “ Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” Di depan seorang pendidik memberikan contoh, ditengah-tengah memberikan semangat, dan di belakang memberikan teladan bagi peserta didik. Sebagai seorang pendidik tentunya haruslah memberikan contoh yang bagi peserta didik hal yang saya lakukan adalah contoh nyata mengenai kedesiplinan dan tanggung jawab mengenai ketepatan waktu dan pemenuhan tugas-tugas yang diberikan. Hal ini merupakan aksi nyata yang dilaksanakan di kelas sebagai seorang pamong yang menjadi panutan bagi peserta didik. Memberikan semangat dan dukungan moril bagi anak-anak yang mengikuti perlombaan serta menyempatkan diri untuk mendampingi anak dalam mempersiapkan diri untuk menempuh tes. Hadir di tengah-tengah siswa yang patah ara saat mendapatkan hasil yang tidak baik untuk memberikan motivasi dan memberikan keyakinan bahwa usaha tidak mengecewakan hasil.
Dasar pendidikan yang kedua adalah memerdekakan manusia. Pemaknaan hal ini adalah anak yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain akan tetapi bersadar pada kekuatan sendiri. Implementasi yang dilakukan di kelas adalah pembiasaan-pembiasaan yang dapat menebalkan kemandirian seorang anak misalkan menumbuhkan daya juang anak dalam membuat suatu karya. Anak diberikan kebebasan untuk menyelesaikanya sendiri tanpa harus dituntun sepenuhnya. Anak juga diberikan penguatan jika mengalami kegagalan dan mencoba hingga dapat melakukanya. Selain hal tersebut, guru berperan sebagai pembimbing sehingga anak betul-betul diberikan kebebasan dalam berfikir dan menentukan pilihanya sendiri. Dengan demikian anak betul-betul menyiapkan menjadi pribadi yang mandiri di kehidupan yang akan datang secara lahir dan batin.
Dasar pendidikan yang ketiga adalah berpihak pada anak. Artinya bahwa bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuau kepada anak. Pendidikan haruslah berpusat kepada anak. Pokok pendidikan haruslah terletak di dalam pangkuan ibu bapaknya sehingga hanya dua orang inilah yang dapat “berhamba pada sang anak” sebab cinta kasih yang diberikan adalah cinta kasih yang tak terbatas. Implementasi yang dilakukan di kelas adalah memberikan pendampingan dan berperan sebagai orang tua di sekolah. Murid bukanlah sebuah objek dari suatu pengajaran namun menjadi subjek.
Dasar pendidikan selanjutnya adalah bukan tabula rasa dimana seorang individu bukan dilahirkan seperti kertas kosong dimana dapat dicoret-coret atau dibentuk sesuai keinginan tertentu. Namun, seorang anak terlahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Peran guru adalah menebalkan laku untuk menjadi manusia seutuhnya. Implementasi yang dilakukan adalah menebalkan laku dan karakter anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosiao kultural/budaya dimana lingkungan sangat berpengaruh terhadap laku anak. Hal ini dapat diterapkan dengan pembiasaan-pembiasaan sederhana dan secara berkesinambungan dilakukan di kelas seperti mengharga satu sama lain, peduli, jujur dan lain sebagainya.
Kelima adalah Budi pekerti. Dasar pendidikan anak memiliki budi pekerti, watak, atau karakter harus sejalan dengan gerak, pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan semangat. Menurut penulis ini adalah hal utama dalam sebuah pendidikan bahwa tidak selamanya pendidikan menuntaskan hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum dan akademik namun, bagaimana seorang anak memiliki karakter yang baik sehingga betul-betul dapat menyiapkan masa depanya.
Terakhir adalah pendidik dianggap sebagai petani dimana untuk menghasilkan tanaman yang baik maka ditanam pada tanah yang subur, membebaskan dari lingkungan yang tidak mendukung, merawat, memberikan pupuk dan seterusnya.
Peran pendidik dalam pendidikan nasional sangatlah besar, mari bpk/ibu berubah dan mulai melakukan mulai dari dirikita masing-masing untuk dapat menjadi panutan, penuntun, dan orang yang dapat memberikan dukungan bagi peserta didik sehingga kelak anak-anak tersebut dapat meraih masa depan yang selamat dan bahagia seperti filosofi KHD. Tetap semangat, salam perubahan.