Dahulu sebelum aku terlahir, orang - orang dikampungku sudah mempercayai bahwa langit adalah pemberi kabar terbaik bagi penghuni bumi. Langit dalam pengetahuan nenek hadir sebagai keegoan Tuhan. Jika cerah dengan sedikit awan berlapis hembus tipis angin, itu bisa jadi tanda bahwa Tuhan sedang bahagia, mungkin karena manusia sedang tersadar dan menyingkir dari dosa. Jika berawan berarti Tuhan sedang tidak ingin begitu menampakan dirinya pada makhluk bumi, seolah memberi kesan misterius untuk membuat ciptaan - ciptaannya itu berfikir lagi apa yang sedang atau sudah mereka lakukan. Dan jika saja mendung, itu tanda bahwa kami harus segera berlindung, karena Tuhan sedang bermuram hati dan bisa jadi murka pada makhluknya, tapi setelahnya ketika hujan tiba semua orang - orang akan tersenyum bahagia, merayakannya dengan sepiring umbi rebus dan juga berbungkus - bungkus tembakau. Kata nenek hujan adalah tanda bahwa tuhan telah membersihkan dunia dari noda - noda yang tidak perlu, bisa jadi itu perbuatan manusia, atau bisa jadi itu adalah tanda bahwa ada manusia yang telah dibersihkan karena berdosa pada Tuhan. begitu yang kudengar dari nenek sebelum ia melepas kapal itu bersamaku.
~~
Aku begitu menyukai langit, aku juga suka pada makhluk - makhluk bersayap yang selalu lebih dekat dengan langit, seolah mereka begitu bahagia, seolah mereka pernah berbisik dan saling tukar pikiran pada langit, seolah bisa menjangkau warna biru yang gagah seperti jubah dunia itu, dan barangkali tentu mereka pernah menjangkau langit, tapi tak perlu menjelaskan semua itu pada kami manusia, karena percuma.
Nenek pernah bercerita bahwa dahulu manusia pernah memiliki sayap, suka terbang dan pernah beberapa kali menyentuh bibir langit, hingga malapetaka itu membuat kita harus kehilangan benda berbulu yang menggantung dipunggung itu.
Jauh sebelum elang, kata nenek. Manusia sudah merajai langit, meski begitu manusia tidak memiliki sifat - sifat kedekatan pada langit, mereka setiap hari mencoba untuk merobek warna biru yang indah itu. Ada seekor elang yang bahkan begitu membenci manusia yang serakah waktu itu, gunung - gunung yang menjulangpun hanya bisa bersabar ketika diacuhkan oleh manusia - manusia bersayap itu.
"Makhluk kecil, cobalah untuk tak merusak dunia. Kau akan membuat kita mendapat masalah" Kata gunung itu untuk terakhir kalinya ketika menyerah pada tingkah laku manusia.
"Diamlah makhluk tak berakal, tau apa kalian soal rahasia langit?"
Sang elang yang hanya bisa menonton kejadian itu tak bisa berbuat banyak, ia kembali kedaratan, tak ingin lagi menggunakan sayapnya, bisa jadi ia takut akan kemarahan Tuhan, atau bisa jadi ia bosan bergerombol dengan makhluk yang suka merusak, entahlah, elang menyimpan beribu bahkan berjuta kali rahasia langit bahkan sebelum manusia dikaruniai sayap.
Setelah berhari - hari dengan usaha merobek langit yang tak kunjung usai, dan mereka yang mirip seperti pasukan manusia yang sedang melakukan kudeta pada Tuhan itu akhirnya berjatuhan kulit bumi, akhirnya langitpun mengamuk kata nenek, dan sejak saat itu manusia tak lagi memiliki sayap, sayap mereka diambil kembali oleh Tuhan, juga sejak saat itu untuk pertama kalinya langit berubah menjadi kelabu. Seseorang berkata bahwa Tuhan sedang murka.
~~
Tapi itu jauh sebelum aku lahir, bahkan lebih dari itu kata nenek saat itu iapun belum juga lahir, dan aku ingin sekali bertanya pada siapa nenek mendapat cerita seperti itu, kata nenek itu rahasia, hanya dia yang tau juga beberapa orang tua yang sepantaran umur dengannya, katanya hal seperti itu seperti hadiah dari Gusti untuk mereka yang segera pulang kampung, seperti pesangon diwaktu mudik, dan entah banyak lagi yang aku lupa soal hal itu, karena meskipun nenek sering membicarakannya, kebanyakan dari kami anak - anaknya hanya berkata kalau itu tanda - tanda bahwa tak akan lama lagi langit bakal mendung.