Seorang pemuda dengan langkah gontai menyisir trotoar kampusnya, sepintas ia nampak seorang yang sangat letih, wajahnya memancarkan kesedihan dan kelelahan mendalam, dengan gantungan tas pundaknya yang nampak kusut. Di tangannya terapit sebuah bingkisan berwarna merah jambu, dengan motif hati yang meriasinya permukaan kotak itu. Siapapun yang melewatinya takkan ragu mengatakan ia seorang pria malang, mengenakan setelan kemeja putih dan bercelana hitam, bertambah seraut wajah yang murung sudah cukup menjelaskan cobaan hidup yang di alaminya.
Duduk di sekitar trotoar ia memandang lama ke arah bingkisan di tangannya, sepucuk surat ditariknya dari kantung bajunya, dibacanya perlahan penutup surat itu; "Maafkan aku! Tapi beginilah hidup, kau harus tegas pada dirimu sendiri"
Tak jauh dari tempatnya duduk, seorang nenek tua berjalan pelan menyisir trotoar, kedua lengannya terangkat sejajar dada, dengan telapak tangan yang memandang langit, ia mendekati pemuda itu.
"Dek!, nenek belum makan dek"
ia memandang ke arah orang tua di depannya, perlahan matanya berkaca - kaca, dipandanginya lagi sebentar nenek yang berdiri dengan tangan menunjuk ke arahnya, sebelum ia kemudian merogok koin dari dalam kantung celananya, lalu diberikannya pada orang tua itu.
"Terima kasih dek!" kata orang tua di depannya, "moga - moga cepat dapat jodoh"
Ia kaget sebentar mendengar ucapan pengemis yang sekarang perlahan berjalan menjauhinya. Matanya memandang tajam ke arah bingkisan merah jambu di tangannya, ia kemudian ingin mengejar nenek tua yang baru saja melewatinya. Di pandanginya lagi sekeliling, dicari - carinya orang tua itu, namun tak kunjung ia temukan tempat di mana ia berada.
Tak lama kemudian seorang anak kecil, menenteng gitar mungil mendekatinya. Malas ia membawa wajahnya ke arah anak itu tak membuat sang pengamen gugur sebelum berperang, di tariknya tangkai gitar, dipajangnya di depan dadanya, lalu bernyanyi.
Dalam nada yang aneh anak kecil itu menyanyikan lagu yang juga aneh, dengan suaranya yang aneh.
"Engkau sarjana muda, Ooo!"
"Sudah, sudah, hentikan saja!" katanya dengan mimik sedikit tersinggung.