Sore itu ia bangkit dari kubur.
Sepasang ayam hutan lari kocar - kacir belum sempat menyelesaikan percumbuan panas di tepi salah satu dinding makam, di tempat lain, di suatu dahan ketapang seekor monyet meringis dan mengeluarkan jeritan melengking. Naluri makhluk hidup itu terganggu dengan kuburannya yang bergoyang - goyang, juga papan nisan yang tiba - tiba saja terlempar ke udara dan jatuh tepat di kaki seorang petani yang pulang menanggung beban pikulan kelapa di bahunya, "Sephia, meninggal : 1 Maret 2016" ia bergumam dalam hati, membaca tulisan di papan itu.
Sesosok perempuan berjubah putih, dengan rambut terurai dan wajah yang keriput pucat keluar dari lubang, dan istri - istri para petani itu berlari ketakutan. Di tengah kekacauan dan kegaduhan, seorang ibu membuang bayinya ke semak belukar, sebuah tempat yang aman bagi si bayi. Dan beberapa petani yang sedang bekerja memutuskan pulang meninggalkan istri - isrti mereka yang histeris bertemu sahabat lama.
Berdiri di antara kekacauan, Perempuan berjubah putih itu hanya terbatuk, lehernya terasa serak setelah tak sengaja menelan beberapa genggam tanah. Tanpa bergeming ia berjalan meninggalkan lubang kuburnya yang tetap bolong kehilangan isi, lalu mampir di sebuah kerumunan perempuan - perempuan dekil yang selesai bertani.
"Tolong tunjukan padaku!" katanya dengan sedikit kembali terbatuk oleh sisa tanah di tenggorokannya, "Di mana jalan menuju ke kota?"
"Disana!" jawab perempuan - perempuan itu serentak menunjuk ke arah tenggelamnya matahari.
"Baiklah, terima kasih!" katanya membalas jawaban perempuan - perempuan itu, bibirnya tersungingg, membentuk senyum manis dan menampakan gigi - giginya yang kehitaman dan ompong, hasil dari menelan tanah kuburan.
Ia bejalan ke arah yang di tunjukan oleh perempuan - perempuan itu, belum terlalu jauh ia kembali menoleh ke arah kerumunan istri para petani tadi, salah seorang di dalam kerumunan tiba - tiba tak sadarkan diri, pingsan terjepit oleh ketakutan dan tubuh teman - temannya.
"Katakan pada penjaga kubur!" katanya sambil masih terbatuk - batuk, "kuburanku jangan di sentuh, aku akan kembali".
~~~~
Perjalanan ke kota tidak semudah mengangkat tangan seperti yang di lakukan oleh perempuan - perempuan di sekitar pemakaman sore itu padanya, ia mesti dengan sabar menunggu angkutan yang mau membawanya ke kota, berdiri di tepi jalan, yang perlahan mulai remang oleh cahaya matahari yang hilang, ia tetap sabar menahan beberapa kendaraan yang tak sengaja lewat di jalan itu. Ia mengacungkan jari ibunya ke langit dengan lengan mengarah ke jalan, sebagaimana setiap orang yang ingin naik jasa taksi menggunakan simbol itu untuk membuat taksi berhenti dan mengangkut mereka.