Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Kurtubi

Pengajar di pendidikan nonformal, Ketua PKBM Edukasi Jakarta

Bukan Sembarang "Abu"

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya tadi mendengar kabar KH. Abu Bakar Ba'asir (ABB) ditangkap lagi oleh polisi yang sudah kesekian kalinya. Ini mengudang banyak tanda tanya besar, bukan saja pendukung Islam model Kyai Abu ini, tetapi juga oleh para pengamat lainnya. Di artikel ini saya tidak akan menjawab apakah ABB ini terlibat teroris atau tidak, tetapi Anda akan saya ajak mendiskusikan masalah kecil seputar nama-nama Arab di Indonesia yang berawalan Abu ada yang menjadi menjadi terorist, pluralis, juru masak, juru rusak dan juru-juru lainnya.

Abu diartikan sisa pembakaran. Hasil dari pembakaran kayu atau hasil pembakaran mayat di krematorium. Namun bahasa Arab mengartikan abu adalah ‘ayah’. Seorang ayah berarti disebut Abu. Misalnya Abu Tommy berarti ayahnya Tommy. Tapi nama Abu bisa untuk penyayang binatang: Abu Hurairah, salah satu sahabat Nabi, artinya bapaknya kucing. Abu Abu Umar alias Ir Iman Samudra (alm) dikenal sebagai terorist yang ditakuti ddari Banten.  Masa seh Abu jadi terorist?

Rasulullah saw memilii banyak sahabat dan menggunakan kata Abu sebagai ‘kunyah’. Bagi yang belum akrab dengan bahasa arab mengucapkan kata ‘kunyah’ dengan penggalan kata ‘kun’ dan ‘yah’, bukan ‘kunyah’ seperti mengunyah makanan. Ungkapan ini artinya sebutan atau alias.

Kebiasaan orang-orang Arab dalam menggunakan alias kini ramai diikuti oleh orang Indonesia. Mungkin maksudnya untuk membuat ciri khas kalau dengan ungkapan “Abu” adalah islami dan alim. Sehingga para kyai dan ulama yang tidak memakai Abu dalam publik, tidaklah alim (pakar agama). Atau bisa jadi untuk membuat ciri khas sebuah golongan atau komunitas tertentu.

Mereka pun mirip gaya orang-orang Arabia: suka memelihara jenggot, bercelana tidak sampai ke mata kaki bukan pada shalat saja, dan sering berbahasa arab campuran dalam ucapannya: Ana, antum dll. Contohnya, teman saya kalau mau pulang selalu mengatakan, afwan ya ana duluan... heheheh

Dua ciri khas ini diklaim sebagai kebiasaan Rasulullah saw. Bahkan tidak bisa dibantah karena memang ada haditsnya, shoheh lagi. Nah loh, jadi bagi yang tidak memelihara jenggot dan bercelana hingga mata kaki tidaklah mengikuti sunnah Rasul saw.

Pengguna nama “Abu” biasanya bukanlah para santri lulusan pesantren desa. Namun seringkali digunakan oleh “santri kota”. Mereka yang sedari kecil biasa-biasa saja, setelah mengikuti gaya pengajian kota (pesantren kota) berubah drastis dalam sikap dan prilaku keagamaan. Bayangkan seorang lulusan perguruan tinggi seperti UIN, bisa kalah berdebat dengan lulusan SMU yang telah menjadi santri kota.Mereka mengaji seminggu sekali dengan durasi 2 jam belajar, isinya kadang-kadang bagaimana berdebat dan bagiamana mempertahankan pendapat kalau alirannya paling benar dan yang lain salah semuanya.

Anak santri kota yang saya sebut "islam gerakan",  mereka tiba-tiba saja mahir dalam berargumentasi dan berdebat. Namun sayangnya anak SMU yang berubah jadi Abu itu senangnya hanya berdebat saja. Melawan kemapanan dalam beragama di masyarakat bahkan dalam keluarga sekalipun. orang tua didebat, ayah ibu disalahkan, bahkan pak ustadnya juga didebat. Seorang ayah bisa dilawan oleh anaknya gara-gara dianggap salah dalam bergagama. Bahkan berani mengatakan ayahnya akan masuk neraka. Dalil bombastis itu biasanya masalah furuiyah, bukan masalah wajib dalam beragama ( ingat 5 sila rukun islam).

Ternyata pembinaan keagamaan yang prematur dan materi ajaran yang bersifat dogmatis hanya akan membawa kepada suasana tidak akrab dalam komunitas dan keluarga. Akhirnya, karena logika keagamaan yang hanya diikuti atas kemauan dan cara berpikir sendiri dan berdasarkan pola pikir mereka saja mengakibatkan kerawanan dalam masyarakat.

Menjadi Teroris

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline