Lihat ke Halaman Asli

Veryanto Kurniawan

Mahasiswa S2 Ilmu Hukum Kesehatan

Dilema Pembiayaan Jaminan Sosial Kesehatan di Indonesia: Antara Idealisme dan Realitas

Diperbarui: 28 Desember 2024   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia, dengan populasi yang telah melebihi 270 juta jiwa, menghadapi dilema besar dalam upaya memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakatnya. Komitmen pemerintah untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memang menunjukkan niat baik untuk memberikan akses kesehatan yang merata dan berkualitas. Namun, realitas yang dihadapi saat ini menunjukkan banyaknya rintangan yang harus diatasi, khususnya dalam hal pembiayaan.

Keterbatasan Anggaran Kesehatan

Pertama dan terutama, keterbatasan anggaran menjadi masalah utama. Data terbaru menunjukkan bahwa alokasi anggaran kesehatan Indonesia masih berada di bawah rekomendasi WHO, yaitu minimal 5% dari PDB. Kondisi ini menyebabkan banyak fasilitas kesehatan, khususnya di daerah terpencil dan kurang berkembang, beroperasi dengan sumber daya yang sangat terbatas. Akibatnya, kualitas pelayanan kesehatan yang bisa diberikan kepada masyarakat menjadi tidak optimal, dan dalam banyak kasus, masyarakat harus menghadapi waktu tunggu yang panjang atau pergi ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap di kota besar, yang tentunya membutuhkan biaya lebih besar.

Peningkatan Beban Layanan Kesehatan

Kedua, pertumbuhan kebutuhan layanan kesehatan menjadi semakin berat. Dinamika demografis seperti pertumbuhan populasi yang cepat dan peningkatan harapan hidup mengakibatkan peningkatan prevalensi penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan kanker. Penyakit-penyakit ini memerlukan pengelolaan dan biaya jangka panjang yang tidak sedikit. BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara utama jaminan kesehatan nasional telah berulang kali mengalami defisit anggaran, menunjukkan bahwa iuran yang diterima dari peserta tidak cukup untuk menutupi biaya layanan kesehatan yang terus meningkat.

Fraud dan Ketidakadilan Dalam Pelayanan

Ketiga, permasalahan fraud dan ketidakadilan dalam pemanfaatan layanan kesehatan juga menjadi isu yang serius. Manipulasi data, penyalahgunaan fasilitas kesehatan untuk keuntungan pribadi, dan ketidakadilan dalam distribusi layanan kesehatan adalah beberapa contoh yang mencerminkan ketidaksempurnaan sistem. Fenomena ini tidak hanya menguras keuangan negara tetapi juga menciptakan ketidakadilan sosial, dimana masyarakat yang benar-benar membutuhkan layanan kesehatan sering kali terpinggirkan.

Langkah Strategis yang Diperlukan

Menghadapi dilema ini, Indonesia membutuhkan beberapa strategi kunci. Pertama, peningkatan alokasi anggaran kesehatan harus menjadi prioritas. Pemerintah perlu mencari sumber pendanaan baru, mungkin melalui peningkatan pajak tertentu yang ditujukan untuk kesehatan, atau melalui kerjasama dengan sektor swasta dan filantropi.

Kedua, reformasi sistem BPJS Kesehatan perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kebocoran dana. Peningkatan penggunaan teknologi informasi harus diterapkan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap transaksi.

Ketiga, edukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit harus terus ditingkatkan. Investasi dalam pencegahan dapat mengurangi biaya kesehatan di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline