Jumat, 14 Maret 2014, Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati memberi mandat kepada Jokowi untuk menjadi Capres RI dari partai tersebut. Peristiwa ini kontan membuat "hiruk-pikuk" dunia perpolitikan tanah air. Yang mendukung Jokowi tentu menyambut dengan suka cita. Sementara lawan-lawan politik beliau segera merancang strategi dan pelbagai skenario untuk menghadapinya.
Dalam dunia politik, terkenal sebuah adagium yang berbunyi "tidak ada musuh abadi, yang ada kepentingan abadi". Saya berkeyakinan, musuh-musuh politik yang "menyerang" Jokowi akan berubah pikiran jika tokoh/panutan/apapun namanya dari partai lainnya menjadi cawapres Jokowi.
Saya memprediksi -semoga salah, jika Jokowi dipasangkan dengan Hatta Rajasa, Amien Rais akan mengeluarkan statement yang berbeda, tidak seperti yang selama ini diucapkan yang selalu menyerang Jokowi.
Begitu pula, seandainya Jokowi diskenariokan berpasangan dengan Aher atau Anis Matta, kader PKS akan mengubah dalil untuk membenarkan dan mendukung kepentingan mereka. Atau setidaknya diam seperti saat LHI mengacungkan salam 3 jari metal, mereka tidak bersuara bahwa LHI antek zionis, Yahudi, Iluminati. Beda jika orang lain yang melakukannya. Kata-kata Iluminati akan terhambur dari mulut mereka.
*******
Bagi saya, sebagai orang non-partisan, terserah siapa yang akan menjadi Pak Lurah dari republik ini. Toh semuanya sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh.
Selama ini saya diajarkan: jangan mengharap sama makhluk, berharaplah sama Sang Khaliq agar kita tidak kecewa. Pengalaman saya dua kali ikut Pilpres, hasilnya tidak sesuai harapan. Maaf ya Pak SBY!
Saya berharap semoga Allah senantiasa melindungi negeri ini, berharap suatu saat nanti Allah menjadikan negeri ini baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur, dan diberkahi. Sehingga saya, saudara, orang tua, keluarga, teman-teman dan seluruh kaum Muslim bisa mencari nafkah dengan aman, beribadah dengan tenang, mendidik generasi dengan nyaman, sehat dan cerdas, murah sandang pangan dan papan. Dan meninggal secara khusnul khatimah. Yah, mungkin itu pengharapan saya sebagai orang pinggiran. Tidak muluk-muluk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H